Menkes RI Membagi Pengalaman Indonesia Tingkatkan Deteksi Dini TBC Di Forum Internasional

- 11 Februari 2024, 21:30 WIB
/Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI/

MUDANESIA - Saat menghadiri kegiatan Stop TB Partnership (STP) Board Meeting ke-37 di Kota Brasilia, Brasil. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membagi pengalaman Indonesia dalam upaya mendeteksi dini kasus tuberkulosis (TBC) seperti yang dilansir dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI pada Mingguan (11/2/2024).

Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa Indonesia sebelumnya hanya bisa mendeteksi kasus TBC sebanyak 400-500 ribu kasus, bahkan turun menjadi sekitar 300 ribu selama pandemi COVID-19. Kini sistem deteksi dini TBC di Indonesia kembali berjalan normal di era endemi di mana jumlah kasus yang dapat dideteksi mencapai 700 ribu kasus per 2022 dan 800 ribu kasus pada 2023.

Menkes menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen meningkatkan sistem deteksi dini TBC hingga mencapai 900 ribu pada 2024 dari angka perkiraan kasus TBC di Indonesia sekitar 1 juta kasus, agar seluruh pasien dapat mengakses perawatan lebih optimal.

Dalam kegiatan tersebut, Budi mengungkapkan bahwa Indonesia sebagai beban kedua global kasus TBC berkomitmen menyediakan pengobatan TBC yang lebih singkat, memperkuat kolaborasi dengan komunitas, serta melakukan inovasi pembiayaan untuk layanan TBC. Hilangnya TBC akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk itu Kemenkes RI berkolaborasi dengan masyarakat dan kader kesehatan untuk menyaring 2,2 juta populasi berisiko tinggi TBC.

“Kami melibatkan masyarakat untuk membentuk TBC Army, sebuah komunitas terlatih bagi para penyintas TBC yang membantu mendeteksi dan mengawasi pasien multidrug-resistant tuberculosis,” ungkap Budi Gunadi Sadikin.

Perlu di ketahui Multidrug-resistant (MDR) tuberculosis adalah jenis TBC yang kebal terhadap dua obat antituberkulosis paling kuat. Artinya, obat-obatan tersebut sudah tidak mempan untuk membunuh bakteri TBC dalam tubuh penderita.

Menurut Menkes,Indonesia juga mendorong inovasi dalam diagnosis tuberkulosis dengan memproduksi lima alat deteksi TBC berbasis PCR, yang dapat dimanfaatkan oleh 1.000 laboratorium PCR yang sudah ada di Indonesia.

Menkes juga menjelaskan, pihaknya juga mempercepat penerapan pengobatan presisi dengan mendirikan inisiatif ilmu biomedis dan genom yang mencakup pengurutan genom pada MDR sampel TBC untuk meningkatkan surveilans,” katanya.

Selain itu, Kementerian Kesehatan Indonesia juga memastikan pengobatan TB dapat diakses oleh semua orang. Indonesia merupakan salah satu negara pertama di Asia yang meluncurkan bedaquiline, pretomanid, linezolid, dan moksifloksasin (BPaL dan BPaLM).

Halaman:

Editor: Alif Niyu Ramdhan Rusyadi

Sumber: Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah