Kabupaten Bandung Peringati Hari Jadi ke 383 Tahun. Yuk, Ketahui Sejarah Lahirnya

- 24 April 2024, 11:00 WIB
Kabupaten Bandung Peringati Hari Jadi ke 383 Tahun. Yuk, Ketahui Sejarah Lahirnya
Kabupaten Bandung Peringati Hari Jadi ke 383 Tahun. Yuk, Ketahui Sejarah Lahirnya /Istimewa/

MUDANESIA - Pada tanggal 20 April 2024 lalu Kabupaten Bandung baru saja merayakan hari jadinya yang ke 383 tahun. Di usia yang lebih dari 3,5 abad itu Kabupaten Bandung terus berbenah. Kini, Kabupaten Bandung telah tumbuh menjadi suatu wilayah yang begitu maju. Namun, mungkin banyak warga masyarakat Kabupaten Bandung yang belum paham sejarah berdirinya Kabupaten Bandung. Nah, mari kita kembali ke masa lalu menelusuri kata demi kata tentang berdirinya sebuah Kabupaten yang begitu luas di Jawa Barat ini.

Kabupaten Bandung mulai dikukuhkan pada tanggal 9 bulan Muharram tahun Alif atau sama dengan hari sabtu tanggal 20 April 1641 Masehi lewat Piagam Sultan Agung Raja Kerajaan Mataram. Namun menurut naskah Sadjarah Bandung, dahulunya di sekitar abad ke 15 wilayah yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Bandung masuk ke dalam wilayah Kerajaan Timbanganten dengan letak ibukota berada di daerah Tegalluar Kecamatan Bojongsoang saat ini. Kerajaan Timbanganten sendiri ada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran.

Kerajaan Timbanganten di pimpin oleh Prabu Pandaan Ukur lalu di gantikan oleh Dipati Agung kemudian di lanjutkan oleh Dipati Ukur. Nah, di saat Kerajaan Timbanganten ini di pimpin oleh Dipati Ukur, wilayah kerajaan Timbanganten ini sering juga disebut Tatar Ukur. Tatar Ukur ini mencakup sebagian besar wilayah Provinsi Jawa Barat dengan 9 daerah yang di namakan Ukur Sasanga.

Baca Juga: Bupati Bandung Dadang Supriatna Secara Maraton Meresmikan 6 Fasilitas Umum di Kabupaten Bandung

Pasca runtuhnya Kerajaan Sunda Pajajaran sekitar tahun 1579 dan 1580 karena serangan Kerajaan Banten. Kerajaan Sumedang Larang, sebagai penerus Kerajaan Pajajaran mengambil alih wilayah Tatar Ukur Kerajaan Sumedanglarang di pimpin oleh Prabu Geusan Ulun pada tahun 1580 sampai tahun 1608.

Pada tahun 1620 Kerajaan Sumedang Larang pada jatuh ke tangan kekuasaan Kerajaan Mataram. Kerajaan Sumedang Larang pun oleh Kerajaan Mataram di rubah menjadi Kabupaten Sumedang. Pada saat itu, Kerajaan Mataram yang di pimpin oleh Sultan Agung menguasai hampir seluruh jawa bagian barat dan berusaha mempertahankannya karena merupakan daerah pertahanan terluar dari kemungkinan adanya serangan dari Kerajaan Banten ataupun VOC.

Sultan Agung kemudian mengangkat Raden Aria Suradiwangsa menjadi Bupati Wedana yang diberi gelar Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata atau lebih di kenal dengan Rangga Gempol untuk wilayah Priangan pada tahun 1620 sampai 1624.

Di Tahun 1624 hingga 1632 terjadi banyak dinamika di daerah priangan sepertinya penyerangan pasukan Kerajaan Banten ke daerah Priangan. Kemudian di susul pemberontakan yang di lakukan oleh Dipati Ukur kepada Kerajaan Mataram. Menurut Babad Sumedang, pada tahun 1632 Dipati Ukur berhasil tertangkap di Gunung Lumbung daerah Bandung. Kemudian, Sultan Agung kembali mempercayakan jabatan Bupati Wedana Priangan kepada Pangeran Dipati Rangga Gede.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Destinasi Wisata Alam Kabupaten Bandung, Tepat Untuk Mengisi Loong Weekend

Selain itu, Sultan Agung juga merombak struktur pemerintahan di Priangan.
Daerah Priangan selain Sumedang dan Galuh kemudian dibagi menjadi tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Sukapura, Kabupaten Parakanmuncang dan Kabupaten Bandung.

Tiga orang yang telah dianggap berjasa oleh Kerajaan Mataram di tunjuk sebagai kepala daerah. Masing masing adalah :

  1. Ki Astamanggala, seorang umbul Cihaurbeuti di angkat Bupati Bandung dengan gelar
    Tumenggung Wiraangunangun,
  2. Tanubaya di angkat sebagai Bupati Parakanmuncang
  3. Ngabehi Wirawangsa sebagai bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha.

Pelantikan ketiga bupati tersebut di lakukan di pusat pemerintahan Mataram. Kemudian mereka kembali ke daerah masing masing.

Begitu pun dengan Bupati Bandung Tumeggung Wiraangunangun dan para pengikutnya. Mereka kembali ke Tatar Ukur atau Timbanganten lalu bersama rakyatnya, mereka membangun Krapyak, sebuah tempat yang berlokasi di tepi Citarum yang berdekatan dengan muara sungai Cikapundung yang mereka sebut Bumi Tatar Ukur Gede.

Kemudian akibat dari adanya perjanjian pertama Kerajaan Mataram dan VOC pada tanggal 19-20 Oktober 1677 Kabupaten Bandung berada dalam wilayah kekuasaan VOC.

VOC berkuasa di wilayah Kabupaten Bandung sejak tahun 1677 hingga berakhir di tahun 1799.

Berikut 5 Bupati Bandung pada zaman dibawah kekuasaan VOC,

‌Tumenggung Ardikusumah tahun 1681 - 1704
‌Tumenggung Anggadireja I tahun 1704 - 1747
‌Tumenggung Anggadireja II tahun 1747 - 1763
‌Tumenggung Anggadireja III dengan gelar R.A. Wiranatakusumah I tahun 1763 - 1794
‌R.A. Wiranatakusumah II tahun 1794-1829.

Baca Juga: PD Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Bandung Menggelar Bimbingan Teknis Juru Sembelih Halal (JULEHA)

Seperti banyak di ceritakan,bahwa pada saat pemerintahan Bupati Bandung R.A. Wiranatakusumah II ini ibukota Kabupaten Bandung di pindahkan dari Karapyak Dayeuhkolot ke tepi sungai Cikapundung atau alun-alun Kota Bandung saat ini. Pemindahan tersebut berdasarkan instruksi Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels tanggal 25 Mei 1810, karena pada waktu itu Daendels juga sedang membangun proyek ambisius pada saat itu yaitu Jalan Pos Anyer - Panarukan.

Kemudian kepala pemerintahan Kabupaten Bandung di jabat oleh Bupati Wiranatakusumah IV pada tahun 1846 hingga 1874. Bupati Wiranatakusumah IV di kenal sebagai perencana kota Kabupaten Bandung, yang disebut Negorij Bandoeng.

Tahun 1850, Bupati Wiranatakusumah IV membangun pendopo Kabupaten Bandung dan Masjid Agung. Kemudian dirinya pula lah yang menggagas berdirinya pembangunan Sekolah Pendidikan Guru dan mendirikan sekolah untuk para menak atau Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren.

Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu juga memberikan Bupati Wiranatakusumah IV bintang jasa, karena jasanya membangun Kabupaten Bandung di segala bidang. Hingga masyarakat menjulukinya dengan sebutan Dalem Bintang.

Kabupaten Bandung semakin berkembang dengan adanya pembangunan jalur kereta api pada tahun 1884. Pada masa pemerintahan R. Adipati Kusumahdilaga. Ibukota Kabupaten Bandung semakin berkembang dengan para penduduknya yang semakin heterogen. Dengan kehadiran. Orang orang Eropa dan Cina. perekonomian Kabupaten Bandung semakin berkembang.

Kemudian pada pemerintahan Bupati Bandung R.A.A. Martanegara di tahun 1893 hingga 1918. Merupakan di mulai babak baru Kabupaten Bandung setelah pada tanggal 21 Februari 1906, Kota Bandung sebagai ibu kota Kabupaten Bandung berubah statusnya menjadi Gementee atau Kotamadya.

Baca Juga: Kolaborasi LTN NU Kabupaten Bandung Dengan STAI Baitul Arqom Gelar Pelatihan Jurnalistik

Setela itu, Bupati Bandung dijabat oleh Aria Wiranatakoesoema V atau yang lebih dikenal dengan Dalem Haji yang menjabat dari tahun 1920 hingga 1931 sebagai bupati yang ke 12.

Bupati ke 13 di jabat oeh R.T. Sumadipradja dari tahun1931 sampai dengan 1935. Kenudian pada tahun 1935 hingga 1945 jabatan Bupati Bandung kembali di jabat oleh R.T. Sumadipradja.

Pasca Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bupati Bandung ke 15 di jabat oleh R.T.E. Suriaputra dari tahun 1945 hingga 1947.kemudian di gantikan oleh R.T.M. Wiranatakusumah VI atau di kenal dengan Aom Male pada tahun 1948 hingga 1956.

R.T.M. Wiranatakusumah VI diganti oleh R. Apandi Wiriadiputra sebagai bupati ke 17 namun hanya di jabat hanya selam setahun yaitu 1956 hingga 1957 dan dilanjutkan oleh Letkol. R. Memet Ardiwilaga pada tahun 1960 sampai dengan 1967.Kemudian saat masa di mulainya Orde Baru Bupati Bandung juga sempat di jabat oleh Kolonel Masturi.

Sebuah peristiwa yang paling bersejarah terjadi pada masa pemerintahan Kabupaten Bandung di pimpin oleh Kolonel R.H. Lily Sumantri yaitu rencana pindahnya ibu kota Kabupaten Bandung yang semula berada di alun alun Kota Bandung sekarang ke daerah Baleendah.

Peletakan batu pertama bertepatan pada saat peringatan hari jadi Kabupaten Bandung yang ke 333 tanggal 20 April 1974, yaitu pada saat Hari Jadi Kabupaten Bandung yang ke-333. Hal tersebut berlanjut hingga jabatan bupati Bandung di jabat oleh Kolonel R. Sani Lupias Abdurachman di era tahun 1980 hingga 1985.

Namun karena daerah Baleendah sering terendam banjir, maka ketika jabatan bupati di jabat oleh Kolonel H.D. Cherman Affendi di tahun 1985 sampai dengan 1990, ibu kota Kabupaten Bandung pindah ke Desa Pamekaran Soreang.

Baca Juga: Pusat Oleh-Oleh Terlengkap di Kabupaten Bandung 'Bandung Kunafe'

Kemudian di era kepemimpinan Kolonel H.U. Djatipermana, di bangun kantor Pemerintahan Kabupaten Bandung di atas lahan seluas 24 hektare, dengan lama pembangunan selama 2 tahun dari tahun 1990 hingga 1992.

Kemudian di saat Kabupaten Bandung di pimpin oleh H. Obar Sobarna di tahun 2000 hingga 2005. Terdapat 3 hal yang juga tercatat dalam sejarah Kabupaten Bandung yaitu

  1. Di pusatkannya seluruh fungsi pemerintahan Kabupaten Bandung di kantor Pemerintah Kabupaten Bandung di Soreang pada tahun 2003.
  2. dibangunnya kompleks Stadion Si Jalak Harupat yang merupakan stadion bertaraf internasional yang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Bandung.
  3. Terbentuknya Kota Cimahi. Setelah sebelumnya berbentuk Kota Administratif Cimahi berdasarkan aspirasi masyarakat yang diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999.

Kemudian saat periode kedua kali H Obar Subarna dari tahun 2005 hingga 2010 juga terjadi hal yang bersejarah yaitu terbentuknya Kabar Bandung Barat yang sebelumnya masuk di dalam wilayah Kabupaten Bandung berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat.

Kemudian Kabupaten Bandung di pimpin oleh Dadang Naser selama 2 periode berturut turun yaitu tahun 2010 hingga 2015 dan periode kedua tahun 2015 hingga 2020.

Sedangkan Bupati Bandung saat ini di pimpin oleh Dadang Supriatna yang terpilih melalui Pilkada Langsung pada tahun 2020 hingga saat ini.***

Editor: Tatos Ridwan A. Fauzi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah