Senyummu, Membuatku Tersenyum

1 Maret 2024, 19:00 WIB
Arfiani Yulianti Fiyul /

MUDANESIA - Jauh ingatku di kala usiaku masih 5 (lima) tahun namun ingatanku ini karena selalu di ceritakan oleh kakakku sehingga samar-samar masih teringat. Aku tinggal berada di pinggir sungai tempat tinggal kami, dan dekat dengan laut. Kata orang kami tinggal di muara, karena muara itu tempat pertemuan sungai dan laut. Terbayang indahnya ombak bergulung dan terbayang suara air laut dan ombak.

Ombak yang berkejar-kejaran, bergulung putih, dan nampak berbusa. Tapi aku ingat juga kalau pas hujan pasti ada banjir besar di sungai. Tapi banjir itu tidak membuat aku takut karena itu adalah pemandangan dan keadaan yang sering aku lihat.

Aku ingat lagi kalau hujan air sungai di muara itu kotor dan berwarna coklat, sehingga memandang laut airnya kecoklatan. Bahagia dan senang jika mengingat saat itu, saat aku dan keluarga tinggal di sebuah kota yang namanya Kabupaten Donggala, berada di Provinsi Sulawesi Tengah.

Aku tinggal di Donggala bersama kedua orang tuaku, bapak dan ibu serta kakak perempuan yang usianya beda 2 (dua) tahun denganku. Kami sangat dekat. Masih jelas teringat betapa sering aku dan kakak berantem! Seringkali kena cubit, sakit, huhuhu... pasti aku yang kalah dan nangis, ternyata kakakku itu suka nyubit!.

Tapi hal itu dan aku akan sembuh dan akan segera berhenti menangis ketika ibuku datang menghampiri dan memelukku dengan kasih sayangnya. Dan dengan senyuman ibuku yang sangat indah dan cantik, aku merasa aman di pelukan ibuku.

Ibuku adalah seorang wanita sangat cantik. Kenapa aku bilang begini? Jelas memang cantik, dan aku mendapat cerita dari nenek ku yang katanya, "Ibu mu ini masih anak-anak sudah banyak yang suka, bahkan sudah ada yang mau melamarnya".

Ini kata nenekku, kata tante-tante juga sama, bahkan cerita ibuku sangat disukai orang itu sudah tidak asing lagi dikala aku masih kecil. Lanjut kata kakekku, "Maka dari itu ibuku sejak gadis kecil dia diambil oleh salah satu kakek dari kakak kakek kandungku, Kakek itu membawa ibu untuk hijrah ke Jawa Timur agar menghindari menikah muda."

Ibuku yang cantik ini, tinggal di Jawa Timur yaitu di Surabaya dan Gresik dan akhirnya menikah di Jawa timur, khususnya di Malang Jawa Timur. Jadi, aku dan kakakku lahir di Jawa Timur kota penghasil buah apel yaitu di Malang, namun pada usia ku 5 tahun kami sekeluarga pun pindah kembali ke Donggala, Sulawesi Tengah. Kampung halaman dari orangtua ibuku.

Di Donggala aku di besarkan dengan senyuman ibu. Dalam perjalanan waktu, ternyata bapakku tidak terlalu betah tinggal di rumah Bapak hampir selalu meninggalkan keluarga, meninggalkan aku dan kakaku juga ibuku yang aku ingat ibuku adalah seorang penjahit dan menerima pesanan jahitan dan orang-orang cukup terkenal di Donggala pada waktu itu.

Peristiwa demi peristiwa yang di alami oleh keluargaku, karena kami hanya bertiga, ibu, kakak dan aku. Karena bapak sangat sering pergi, berbulan bulan bahkan katanya kalau pergi sampai bertahun-tahun. Aku pun ingat, aku dibesarkan ibu dengan sederhana. Ibuku selalu tersenyum ketika mengasuh aku dan kakakku.
Waktu demi waktu bertalu, hingga aku sekolah di sekolah menengah atas Aku masih di besarkan dengan sederhana, karena memang kami di besarkan hanya dan penghasilan ibu seorang melalui menjahit Ibuku, selalu tersenyum dan senyumannnya pun sangat membahagiakan.

Karena ibuku seorang penjahit, yang aku ingat semua pakaian yang kami pakai, aku dan kakakku terlihat bagus bagus dan modis tidak kalah dengan pakaian anak kota, karena memang ibuku pernah lama tinggal di Jawa, pastinya ia melihat model model orang kota di masa nya.

Itu ceritaku yang aku alami langsung dan aku ingat maupun yang diingatkan oleh kakak. Dengan tumbuh besar di Kota Donggala kemudian aku kuliah di Palu, ibuku tetap tinggal di Donggala karena rumah kami ada di Donggala sedangkan di Palu aku tinggal di rumah kakakku karena di kala aku mau kuliah, kakakku sudah menikah dan memiliki tempat tinggal di Palu.

Masa mudaku sangat membahagiakan, karena dikelilingi keluarga besar ibuku. Saat aku kuliah, ibuku pun masih sangat muda dan cantik, karena ibu menikah saat usia muda, maka ketika aku tumbuh remaja kami masih terlihat seperti kakak adik. Ibuku dengan senyum cantiknya itu selalu menemani dan mengingatkan aku meskipun kami berjauhan.

Jarak Kota Palu dan Kabupaten Donggala adalah 30 km dan waktu tempuh 45 menit jalannya tidak mulus semulus jalan yang ada di kota. Meskipun begitu, senyuman ibuku adalah yang terbaik! Sumber semangat ku menjalani han-hari di tempat yang jauh ini.

Kini usia ibuku menjelang 75 tahun, kulit nya sudah banyak lipatannya, rambutnya memutih, jalannya sudah tidak lincah, tangannya sudah sangat lemah, pendengaran yang sudah mulai berkurang. Namun dibalik semua itu kecantikannya dan senyumannya selalu ada untukku, untuk kakakku dan untuk cucu cucunya.

Aku sejak hijrah ke Bandung, bekerja dan mendapatkan jodoh dengan orang Bandung, ibuku juga pindah ke Bandung dan meninggalkan kampung halaman, Donggala Jadi sejak aku menikah dan punya rumah ibuku selalu tinggal bersamaku, walaupun sekali-kali di rumah kakakku karena jarak rumah aku dan kakakku berdekatan, satu kompleks. Jadi setiap hari dimasa tuanya aku masih bersama ibu.

Kesedihan ibuku, aku dan kakakku, adalah saat bapak kami meninggalkan kami untuk selama-lamanya, Ibuku sebagai istri sangat terpukul walaupun masa lalu bapakku tidak begitu baik-baik hidup bersama dengan ibu. Tapi kejadian ditinggal bapak meninggal mesti buat ibuku banyak melamun dan cuek dengan kami sebagai anaknya.

Dengan senyuman ibu bercerita pada kami anaknya, kejadian indah di masa lalu dengan bapak kami Alhamdulilah, buku menceritakan semua kebaikan-kebaikan dari bapak Ibuku sudah memaafkan bapak Kata ibu, "bapakmu itu orang baik dan sangat sayang pada ibu". Alhamdulillah sekali lagi kami ucapkan ternyata ibuku begitu tulusnya, begitu baiknya hatinya sehingga yang diingatnya adalah kebaikan bapak semua, adapun hal-hal buruknya sudah dilupakannya.

Saat ini aku merasa memiliki suatu barang yang sangat unik dan istimewa, yaitu "ibu" Sesuatu yang tidak boleh sakit, tidak boleh lelah, Dialah ibuku Di usia senjanya, ibuku masih mau aktif seperti masih mau mencuci piring di dapur, masih mau mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu Aku seringkali melarangnya, ga usah dikerjakan bu", tapi itu tetap mengerjakannya walaupun aku juga harus mencuci ulang piring karena hasil cucinya masih belum bersih, begitu juga kala ibu menyapu rumah, aku masih harus menyapu ulang.

Kata-kakakku, jangan dilarang semuanya, biarlah ibu beraktifitas apa yang ibu inginkan, dengan begitu membuat pikiran dan hati nya tetap aktif setiap aktivitasku, "ibu doakan aku ya, agar bisa lulus dengan baik," Itu selalu yang aku ucapkan pada ibuku, doa ibu sangatlah mujarab, akan diterima oleh Allah Swt.

Alhamdulillah ibu, engkau selalu tersenyum dan mengajak kita tertawa. Saat sekarang ibu bercerita dikala masa lalunya. Hampir setiap saat itu bercerita tentang masa lalunya itu Lucu ya, ketika bercerita dan menceritakan. Tiba tiba celetuk, "eh tetangga kita yang di Donggala itu hilang ya pergi merantau tapi tidak kembali kembali lagi Waduh ibu cerita apa lagi nih? Tidak ada pendahuluan tapi langsung isi, hahaha lucu sekali isi cerita ibu aku pun tidak mengerti, karena tetangga yang di Donggala itu tidak aku kenal.

Hahaha, yang aku tahu senyum adalah ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua ujungnya, atau pula disekitar mata. Nah senyum seperti itu yang selalu ditebarkan oleh ibuku. Aku pikir saudara ibuku yang seusianya terlihat jauh lebih tua namun ibuku masih muda dibandingkan banyaknya jumlah usianya. Pastinya buku banyak senyum sehingga selalu menampilkan kebahagiaan dan rasa senang.

Saat ini dimasa pandemi, buku rajin berjemur, rajin minum jamu, dan olahraga ringan di depan rumah. Senyummu membuatku tersenyum. Doaku pada Allah SWT, lindungi selalu ibuku Ya Allah, berilah dia kesehatan dan kebahagiaan. Ibuku adalah orang yang kuat dan mandiri, orang yang membuat aku kuat dan yang melahirkan aku di dunia ini.

Perjuanganmu ibu, memeliharaku, membesarkanku, melindungiku dan membahagiakanku di masa kecil hingga sekarang ini sangatlah berarti dan belum bisa aku membalasnya. "Ya Allah berilah aku rejeki dan waktu untuk selalu bisa membahagiakan ibu yang yang ada di dunia ini. Ibuku adalah segalanya, mukjizat dari Allah SWT.

Tentang Penulis :
Arfiani Yulianti Fiyul yang panggilan akrabnya adalah Yanti lahir di Kota Malang, Jawa Timur, besar di Donggala, Sulawesi Tengah Karena penulis selalu suka menambah limu maka gelar saat ini adalah Dr. Hj. Arfiani Yulianti Fiyul, MM. Gelar doktomya diperoleh dari Uninus Islam Nusantara (Uninus Bandung). Menikah dengan suami asal dan Bandung, dikaruniakan 2 (dua) anak putra dan putri. Saat ini aktivitasnya adalah sebagai salah satu Dosen di Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang dan mengelola salah satu lembaga pendidikan yang ranahnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sering menjadi penulis di media online dan menjadi narasumber tertang pendidikan anak dan keluarga Saat ini bersama keluarga menetap di Kota Cimahi Jawa Barat.***

Editor: Alif Niyu Ramdhan Rusyadi

Sumber: Arfiani Yulianti Fiyul

Tags

Terkini

Terpopuler