Nang Ning Nung Neng Gung Bunyi Gamelan Pusaka Kala Milik Batara Kala

- 12 Januari 2024, 17:30 WIB
Oos Supyadin (Budayawan Garut Selatan)
Oos Supyadin (Budayawan Garut Selatan) /Istimewa/

Nung artinya kesinungan. Disini bagi siapapun yang sudah melakukan Nang lalu berhasil menciptakan Ning, maka akan kesinungan (terpilih dan pinilih) untuk mendapatkan anugerah agung dari Tuhan Yang Maha Suci.

Dalam Nung yang sejati, akan datang cahaya Yang Maha Suci melalui rahsa yang ditangkap oleh roh atau suksma sejati seseorang lalu diteruskan kepada jiwa untuk diolah oleh jasad menjadi manifestasi perilaku utama (laku utomo). Dampaknya seseorang akan berperilaku konstruktif (rapi, bersih, santun, cerdas, dll) dan hidupnya selalu bermanfaat untuk orang banyak.

Neng

Neng artinya heneng alias tafakur. Secara bahasa heneng itu berarti ketenangan, tapi disini tidak sama dengan maksud dari nang atau wenang atau tenang pada point pertama. Heneng di sini juga berarti puncak dari tawakkal (berserah diri), kemerdekaan dan kebebasan diri seseorang.

Jika wenang atau tenang itu berarti awal mula dan prosesnya, maka heneng disini adalah tujuan dan hasilnya. Karena itulah ia pun berada pada tahapan setelah nang, ning dan nung bisa dilalui oleh seseorang. Dan bisa dikatakan pula bahwa orang yang sudah sampai di titik ini adalah mereka yang disebutkan di dalam Al-Qur`an surat Al-Fajr (89) ayat 27 dengan sebutan nafsul muthmainnah (jiwa yang tenang).

Untuk itulah, bagi orang yang terpilih dan pinilih (kesinungan) "sudah melalui tahapan Nung" akan selalu terjaga amal perbuatannya. Sehingga amal perbuatan baiknya pun tak terhitung dan akan menjadi benteng bagi dirinya sendiri bahkan orang lain.

Ini merupakan buah kemenangan dalam laku prihatin. Satu kemenangan besar yang berupa karunia dan kenikmatan dalam segala bentuknya serta punya harapan untuk bisa meraih kehidupan yang sejati, di dunia dan akhirat nanti.

Gung

Gung artinya agung atau keagungan atau kemuliaan. Ini adalah puncak dari perjalanan, karena pribadi yang telah meng-heneng-kan dirinya adalah sosok pemenang yang agung. Itu terjadi setelah ia bisa melepaskan segala ego dan ikatan materi duniawi melalui empat tahapan sebelumnya (nang, ning, nung, neng).

Karena itulah, ia bisa hidup mulia dengan memberikan manfaat untuk seluruh makhluk dan alam semesta (rahmatan lil alamiin).

Halaman:

Editor: Alif Niyu Ramdhan Rusyadi

Sumber: Oos Supyadin Budayawan Garut Selatan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah