Senyummu, Membuatku Tersenyum

- 1 Maret 2024, 19:00 WIB
Arfiani Yulianti Fiyul
Arfiani Yulianti Fiyul /

Peristiwa demi peristiwa yang di alami oleh keluargaku, karena kami hanya bertiga, ibu, kakak dan aku. Karena bapak sangat sering pergi, berbulan bulan bahkan katanya kalau pergi sampai bertahun-tahun. Aku pun ingat, aku dibesarkan ibu dengan sederhana. Ibuku selalu tersenyum ketika mengasuh aku dan kakakku.
Waktu demi waktu bertalu, hingga aku sekolah di sekolah menengah atas Aku masih di besarkan dengan sederhana, karena memang kami di besarkan hanya dan penghasilan ibu seorang melalui menjahit Ibuku, selalu tersenyum dan senyumannnya pun sangat membahagiakan.

Karena ibuku seorang penjahit, yang aku ingat semua pakaian yang kami pakai, aku dan kakakku terlihat bagus bagus dan modis tidak kalah dengan pakaian anak kota, karena memang ibuku pernah lama tinggal di Jawa, pastinya ia melihat model model orang kota di masa nya.

Itu ceritaku yang aku alami langsung dan aku ingat maupun yang diingatkan oleh kakak. Dengan tumbuh besar di Kota Donggala kemudian aku kuliah di Palu, ibuku tetap tinggal di Donggala karena rumah kami ada di Donggala sedangkan di Palu aku tinggal di rumah kakakku karena di kala aku mau kuliah, kakakku sudah menikah dan memiliki tempat tinggal di Palu.

Masa mudaku sangat membahagiakan, karena dikelilingi keluarga besar ibuku. Saat aku kuliah, ibuku pun masih sangat muda dan cantik, karena ibu menikah saat usia muda, maka ketika aku tumbuh remaja kami masih terlihat seperti kakak adik. Ibuku dengan senyum cantiknya itu selalu menemani dan mengingatkan aku meskipun kami berjauhan.

Jarak Kota Palu dan Kabupaten Donggala adalah 30 km dan waktu tempuh 45 menit jalannya tidak mulus semulus jalan yang ada di kota. Meskipun begitu, senyuman ibuku adalah yang terbaik! Sumber semangat ku menjalani han-hari di tempat yang jauh ini.

Kini usia ibuku menjelang 75 tahun, kulit nya sudah banyak lipatannya, rambutnya memutih, jalannya sudah tidak lincah, tangannya sudah sangat lemah, pendengaran yang sudah mulai berkurang. Namun dibalik semua itu kecantikannya dan senyumannya selalu ada untukku, untuk kakakku dan untuk cucu cucunya.

Aku sejak hijrah ke Bandung, bekerja dan mendapatkan jodoh dengan orang Bandung, ibuku juga pindah ke Bandung dan meninggalkan kampung halaman, Donggala Jadi sejak aku menikah dan punya rumah ibuku selalu tinggal bersamaku, walaupun sekali-kali di rumah kakakku karena jarak rumah aku dan kakakku berdekatan, satu kompleks. Jadi setiap hari dimasa tuanya aku masih bersama ibu.

Kesedihan ibuku, aku dan kakakku, adalah saat bapak kami meninggalkan kami untuk selama-lamanya, Ibuku sebagai istri sangat terpukul walaupun masa lalu bapakku tidak begitu baik-baik hidup bersama dengan ibu. Tapi kejadian ditinggal bapak meninggal mesti buat ibuku banyak melamun dan cuek dengan kami sebagai anaknya.

Dengan senyuman ibu bercerita pada kami anaknya, kejadian indah di masa lalu dengan bapak kami Alhamdulilah, buku menceritakan semua kebaikan-kebaikan dari bapak Ibuku sudah memaafkan bapak Kata ibu, "bapakmu itu orang baik dan sangat sayang pada ibu". Alhamdulillah sekali lagi kami ucapkan ternyata ibuku begitu tulusnya, begitu baiknya hatinya sehingga yang diingatnya adalah kebaikan bapak semua, adapun hal-hal buruknya sudah dilupakannya.

Saat ini aku merasa memiliki suatu barang yang sangat unik dan istimewa, yaitu "ibu" Sesuatu yang tidak boleh sakit, tidak boleh lelah, Dialah ibuku Di usia senjanya, ibuku masih mau aktif seperti masih mau mencuci piring di dapur, masih mau mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu Aku seringkali melarangnya, ga usah dikerjakan bu", tapi itu tetap mengerjakannya walaupun aku juga harus mencuci ulang piring karena hasil cucinya masih belum bersih, begitu juga kala ibu menyapu rumah, aku masih harus menyapu ulang.

Halaman:

Editor: Alif Niyu Ramdhan Rusyadi

Sumber: Arfiani Yulianti Fiyul


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah