Mengurai Konsep Pendidikan Tokoh Pendidikan Indonesia Rd. Dewi Sartika

- 30 April 2024, 13:30 WIB
Ilustrasi Konsep Pendidikan Rd. Dewi Sartika
Ilustrasi Konsep Pendidikan Rd. Dewi Sartika /Istimewa/

MUDANESIA - Berangkat dari keprihatinan melihat keterbelakangan kaumnya akibat pelecehan baik oleh kaum kali-laki, perlakuan adat istiadat, serta pandangan “kolot” masyarakat tentang kaum perempuan membuat Raden Dewi Sartika memiliki cita-cita tinggi untuk mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan melalui pendidikan. Baginya, kaum perempuan harus hidup sejajar dengan kaum pria, ia harus memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang akan membawanya pada tarap hidup yang lebih tinggi, dan satu-dsatunya jalan untuk mendapatkannya yaitu dengan pendidikan.

Didapati fakta yang kuat bahwa Kaum Tua sangat keberatan untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Kekhawatiran dan ketakukan mereka untuk membiasakan anak setiap hari bergaul dengan banyak orang, didukung pula persepsi mereka selama bersekolah anak-anaknya berada di luar pengawasan orang tua. Merekapun tidak mempunyai kepastian bahwa anak mereka bersama dengan teman-teman yang baik. Dalam pandangan mereka pendidikan sekolah membangkitkan sikap bebas pada sang anak, berakhir pada perilaku anak mereka akan lebih mudah tergoda untuk berbuat jahat. Disamping itu juga mereka tidak rela melepaskan kebiasaan-kebiasaan lama, seyogiannya mereka tidak pernah bersekolah, akan tapi mereka mampu menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Pandangan kolot para orang tua pada saat itu terhadap pendidikan menjadi salah satu penyebab keterbelakangan kaum perempuan dalam pandangan Rd. Dewi Sartika. Pengalaman hidup beliau yang mendapati keterbelakangan kaum perempuan di sekitar hidupnya di mulai dari korban poligami, ketakberdayaan menerima perlakuan kasar dari para suami ataupun perlakuan lainnya yang diterima kaum perempuan sebagai dampak dari rendahnya tingkat pendidikan di banding kaum lelaki pada saat itu. Selain itu sebagian besar orang berpendirian bahwa pendidikan untuk anak-anak perempuan dirasa tidak perlu karena para orangtua belum mengetahui benar manfaatnya sekolah, mereka menganggap di sekolah itu hanya diajarkan menulis, membaca dan berhitung. Sebenarnya tidak hanya itu, karena masih banyak lagi mata pelajaran pokok yang perlu bagi keutamaan hidup manusia, agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mencari jalan hidup ketika tidak ada yang memberi nafkah untuk menjaga keselamatan, menghindari bahaya dan lain sebagainya.

Di usianya yang masih muda (18 tahun) pada 1904, Rd. Dewi Sartika memberanikan diri mendirikan sekolah untuk kaum perempuan pertama di Indonesia sebagai perwujudan keinginan beliau memajukan harkat martabat kaumnya melalui pendidikan. Dengan segala keterbatasan dan beragan hambatan, sekolah “Kautamaan Istri” tampil sebagai bagian dari perjuangan dalam kesetaraan memperoleh pendidikan bagi kaum perempuan . Baginya, kemajuan bangsanya bahwa agar suatu bangsa bertambah maju, maka kaum perempuannya harus maju pula, pintar seperti kaum laki-laki, sebab kaum perempuan itu akan menjadi ibu. Seorang ibulah yang paling dahulu mengajarkan pengetahuan kepada anak-anak mereka, laki-laki maupun perempuan, karena didikan yang pertamalah yang memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan seseorang. Jadi kaum perempuan bangsa pribumi itu pertama-tama harus tahu tentang segala macam urusan perempuan, karena menurutnya mendidik perempuan adalah mendidik ibu bangsa.

Pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan tersebut mengandung makna bahwa suatu bangsa tidak akan mencapai suatu peradaban tinggi jika kaum perempuannya tidak maju, dan agar perempuan maju maka ia harus diberikan kesempatan untuk disekolahkan, karena dengan bersekolah kaum perempuan akan beroleh beragam ilmu pengetahuan dan keterampilan yang menjadi bekal untuk memajukan bangsa. Erat kaitannya dengan konteks saat itu pada masa penjajahan. Jika bangsa Indonesia ingin bebas dari penjajahan, kaum perempuannya harus maju dan berpengetahuan luas, sehingga rakyat tidak dapat dibodohi oleh penjajah.

Di sekolah Kautamaan Istri yang didirikan oleh beliau, tidak hanya diajarkan menulis, membaca dan berhitung. Tetapi, masih banyak lagi mata pelajaran pokok yang perlu diajarkan bagi keutamaan hidup manusia, agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mencari jalan hidup ketika tidak ada yang memberi nafkah untuk menjaga keselamatan, menghindari bahaya dan lain sebagainya. Berikut tabel mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah Kautamaan Istri.

Dalam pandangan Rd. Dewi Sartika anak yang rajin menyelesaikan proses persekolahan sampai pada tahapan yang telah ditentukan, baik anak perempuan maupun laki-laki diharapkan berwujud menjadi orang yang baik seperti dalam ungkapan beliau yang orang Sunda, yaitu cageur (sehat), bageur (baik), pinter (pintar), bener (baik), dan singer (kreatif dan cekatan). Dalam konsep Teori etnopedagodik kegiatan pendidikan dan pembelajaran ini dicapai untuk memasuki gapura pancawaluya (gerbang lima kesempurnaan). cageur merupakan keadaan sehat, baik sehat jasmani maupun sehat rohani atau sehat lahir dan batin. Bageur merupakan keadaan atau karakter yang baik hati, sederhana, dan tidak sombong (teu adigung adiguna, teu gede hulu). Bener merupakan keadaan atau karakter manusia yang benar, yakni taat pada hukum dan menjalankan syariat agama. Pinter merupakan keadaan atau karakter manusia yang memiliki ilmu pengetahuan (Luhur ku elmu, sugih ku pangarti). Singer merupakan keadaan atau karakter manusia yang terampil atau piawai (Daryono, 1998), yakni manusia yang serba bisa (masagi) atau banyak keterampilannya (Jembar ku pangabisa) dan bersifat AKI (aktif/rapékan), kreatif (rancagé), dan inovatif (motékar).

Merujuk uraian konsep pendidikan Rd. Dewi Sartika di atas, maka kelima tujuan pendidikan sekolah Kautamaan Istri tersebut memiliki keterkaitan dengan tiga ranah pendidikan, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif atau pengetahuan berkaitan dengan pinter, psikomotor berkaitan dengan singer, dan afektif berkaitan dengan cageur, bener, dan bageur.***

Editor: Alif Niyu Ramdhan Rusyadi

Sumber: Rusmana, M.Pd (SMAN 1 Pangalengan Kab. Bandung)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah