'Gakojamasi' Konsep Pendidikan Dari Sudut Pandang Tokoh Pendidikan Indonesia

- 30 April 2024, 16:30 WIB
Rusmana, M.Pd (Guru SMA Negeri 1 Pangalengan Kab. Bandung)
Rusmana, M.Pd (Guru SMA Negeri 1 Pangalengan Kab. Bandung) /Istimewa/

MUDANESIA - Sebagai sebuah negara besar yang dianugrahi dengan beragam kekayaan baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, Indonesia dilimpahi pula dengan kekayaan intelektual berupa hasil pemikiran para tokoh pendidikan lintas generasi, lintas budaya, lintas agama, serta lintas gender. Dari mulai jaman kerajaan Kutai Kertanegara, kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Sriwijaya, kerajaan Majapahit, kerajaan Pajajaran, kerajaan Demak, kerajaan Mataram, sampai dengan keberadaan kita menjadi sebuah negara besar ini, kita di ”anugerahi” khasanah pemikiran tentang pendidikan yang sangat luar biasa serta menjadi kekayaan yang tak ternilai.

Di era modern ini kita mengenal banyak tokoh pendidikan yang menyumbang pemikiran untuk kemajuan pendidikan di negara tercinta ini. Tercatat diantarnya KH. Hasyim Asy’ary, KH. Ahmad Dahlan, RA. Kartini, Rohana Kudus, Hj. Rangkayo Rasuna Said, dan lain sebagainya. Hasil pemikiran mereka memiliki satu kesamaan yakni “keinginan Indonesia maju” dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dalam konteks keikinian, apa yang menjadi pemikiran mereka dapat dijadikan rujukan dalam menyusun konsep dan paradigma pendidikan kita untuk sekarang dan masa yang akan datang. Kesempatan ini penulis mencoba mengajukan konsep “3Re” (reinvenraisasi, revitalisasi, dan rekonstruksi) melalui serangkaian langkah dinamai “Gakojamasi”, akronim dari Gali ulang (Galang), Koleksi ulang (Kolang), Pelajari ulang (Jalang), Maknai ulang (Malang), dan Integrasikan ulang (silang) dalam rangka mempertegas kembali paradigma pendidikan kita menyongsong abad milenial setelah mendeklarasikan pentingnya kesadaran memajukan pendidikan melalui peringatan 66 tahun terbitnya Keputusan Presiden RI nomor 316 tahun 1959 tentang “Hari Pendidikan Nasional” setiap 2 Mei.

Tabel Tokoh Pendidikan dan Konsep Pendidikannya
Tabel Tokoh Pendidikan dan Konsep Pendidikannya

Gali Ulang (Galang)

Pada tahapan ini, penulis mencoba menggali ulang konsep-konsep atau buah pemikiran para tokoh pendidikan di Indonesia disertai latar belakang dan permasalahan yang dihadapi pada masanya.

 

Koleksi Ulang (Kolang)

Guna memudahkan tahapan selanjutnya, pada tahapan koleksi ulang ini penulis mencoba menentukan kriteria pengelompokan berdasarkan keterwakilan gender, pandangan politik serta konteks modernisasi pendidikan pesantren (religius) yang hidup dan berkembang pada masanya. Dari ketiga kriteria tersebut munculah pengelompokan pemikiran/konsep pendidikan Indonesia dari kaca mata kaum perempuan yang diwakili oleh RA. Kartini, Rd. Dewi Sartika, Hj. Rangkayo Rasuna Said dan Rosana Kudus. Sedangkan dari kelompok Nasionalis diwakili oleh pandangan Ki Hadjar Dewantara. Sedangkan untuk kelompok modernisasi pendidikan Islam diwakili oleh KH. Hayim Asy’Ary dan KH. Ahmad Dahlan.

Pelajari Ulang (Jalang)

Dari ketiga kelompok pemikiran pendidikan yang dikemukakan oleh para tokoh, penulis mencoba mereduksi pemikiran mereka tersebut didasari pada realita di lapangan dimana konsep atau pemikirannya tersebut terwujud nyata di masyarakat dari dulu sampai sekarang, selain juga ketersedian sumber data yang penulis miliki. Berangkat dari hal tersebut, penulis memilih konsep atau pemikiran dari kelompok-kelompok tokoh meliputi tokoh wanita diwakili oleh konsep dan pemikirannya Rd. Dewi Sartika dengan sekolah Kautamaan Istrinya; tokoh nasionalis oleh Ki Hadjar Dewantara dengan Perguruan Taman Siswanya; dan tokoh pendidikan Islam oleh KH. Ahmad Dahlan melalui Organisasi Muhammadiyahnya.

Maknai Ulang (Malang)

Pada tahap ini, penulis mencoba memaknai ulang terhadap konsep dan pemikiran tentang pendidikan yang dikemukakan oleh perwakilan tokoh pendidikan terpilih pada tahap sebelumya yaitu Rd. Dewi Sartika, Ki Hadjar Dewantara, dan KH. Ahmad Dahlan.

Rd. Dewi Sartika dengan sekolah Kautamaan Istri yang menyebar di beberapa wilayah di Jawa Barat sekaligus juga menginspirasi lahirnya sekolah-sekolah Putri serupa diberbagai wilayah Indonesia seperti yang dipelopori HR Rasuna Said dan Rohana Kudus, berupaya mensejajarkan kaum perempuan dengan laki-laki dari kesempatan mendapatkan pendidikan yang dapat membebaskan mereka dari keterbelakangan dan “penindasan” kaum laki-laki pada saat itu. Bagi beliau pendidikan bertujuan menjadikan peserta didik yang cageur, bageur, pinter, bener dan singer untuk semua kalangan dan jenis kelamin.

Halaman:

Editor: Alif Niyu Ramdhan Rusyadi

Sumber: Rusmana, M.Pd (SMAN 1 Pangalengan Kab. Bandung)


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah