MUDANESIA - Film dokumenter Netflix The Tinder Swindler menyuguhkan kisah nyata tentang perjalanan seorang pria tampan yang menipu perempuan.
Pria tampan mengaku bernama Simon Leviev ini menjerat korbannya lewat aplikasi kencan Tinder. Kemudian memperdaya mereka dan berhasil menguras uang mereka.
Dalam film dokumenter tersebut, ada tiga perempuan yang menyampaikan testimoninya.
Film ini tayang di Netflix pada Rabu, 2 Februari 2022. Di dalam film ini, ada beberapa pengakuan dari para korban yang tertipu dengan Simon Leviev dan uang mereka pun terkuras.
Awalnya, mereka berkenalan di Tinder dan Simon akan mengajak perempuan ini untuk bertemu. Simon menampilkan diri sebagai laki-laki yang kaya raya, tampan dan memiliki bisnis berlian. Ia juga mengaku sebagai anak dari Lev Leviev, miliarder berlian asal Israel.
Untuk meyakinkan korban, para wanita ini akan diajak untuk makan malam atau bahkan naik jet pribadi. Tak jarang dari mereka juga diminta menjalin hubungan serius dengan Simon.
Masalah pun muncul ketika Simon mengaku pindah-pindah negara dengan alasan pekerjaan. Ia mengaku memiliki ‘musuh’ dan akan meminta bantuan finansial pada si korban. Dia berdalih kalau kartu kredit dan rekeningnya tidak dapat diakses.
Dalam film The Tinder Swindler juga disebutkan bahwa Simon telah menipu hingga 10 juta dolar AS atau sekitar Rp143 miliar dari para korbannya di berbagai negara.
Korban pertama bernama Cecilie Fjellhoy, wanita asal Finlandia dan tinggal di London, Inggris. Dia mengaku ditipu oleh Simon sebesar US$ 250 ribu atau sekitar Rp3,6 miliar.
Lalu cerita kedua disampaikan oleh Pernilla Sjoholm, seorang wanita yang tinggal di Swedia dan bekerja sebagai distributor kopi kelas atas. Kemudian Ayleen Charlotte, korban Simon Leviev yang membongkar penipuan tersebut di film The Tinder Swindler.
Ayleen mengaku bahwa ia dan Simon berkencan selama 14 bulan. Sama seperti yang diungkap oleh Cecilie, Simon juga mengajak Ayleen kencan pertama di hotel bintang lima.
Akibat hal ini, Simon sempat jadi buronan Israel pada tahun 2011. Ia melarikan diri ke Finlandia untuk menghindari pelanggaran terkait penipuan yang dia lakukan.
Simon sempat ditangkap di Finlandia pada tahun 2015 karena menipu tiga orang wanita. Ia dipenjara selama dua tahun.
Dia akhirnya ditangkap kembali pada tahun 2019 dalam operasi gabungan antara Interpol dan polisi Israel setelah melakukan perjalanan melintasi Eropa.
Namun, Simon bebas setelah lima bulan penjara dari yang seharusnya 19 bulan. Diketahui bahwa alasan ia dibebaskan karena untuk pengurangan narapidana di tengah pandemi Covid-19.***