Mengalami Panas Intens Beberapa Hari Terakhir. BMKG Menjelaskan Suhu di Berbagai Wilayah Indonesia

- 2 Mei 2024, 10:00 WIB
Ilustrasi cuaca panas.
Ilustrasi cuaca panas. /Pixabay/ybernardi/

MUDANESIA - Indonesia telah mengalami panas yang intens belakangan ini. Mendekati akhir April, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara maksimum yang melampaui 36,5 derajat Celcius di beberapa daerah.

"Pada 21 April, Medan di Sumatera Utara mencatat suhu maksimum 37,0°C, Saumlaki di Maluku mencatat 37,8°C, dan Palu di Sulawesi Tengah mencatat 36,8°C," demikian pernyataan dari akun X @infohumasBMKG pada Kamis, 2 Mei 2024.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyatakan bahwa fenomena suhu tinggi ini berkaitan dengan posisi semu Matahari. "Ini terjadi karena pada bulan April, posisi semu Matahari berada dekat khatulistiwa, yang menyebabkan suhu udara di beberapa wilayah Indonesia menjadi sangat panas di siang hari," katanya.

Beliau menambahkan bahwa fenomena ini tidak termasuk dalam kategori heat wave atau gelombang panas. "Ini bukan heat wave, yang memiliki karakteristik yang berbeda, karena fenomena ini dipicu oleh pemanasan permukaan akibat siklus gerak semu Matahari, yang bisa terjadi setiap tahun," jelasnya.

Baca Juga: BMKG: Hari Ini, Potensi Hujan Lebat di Jabar dan Mayoritas Wilayah di Indonesia

Kepala Meteorologi Publik, Andri Ramdhani, menginformasikan bahwa April merupakan periode transisi musim di mayoritas wilayah Indonesia, berubah dari musim hujan menjadi kemarau.

Karena itu, beliau mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan siap menghadapi potensi cuaca ekstrem. Beliau juga mengomentari tentang udara yang terasa lebih panas dan menyengat. "Ciri khas dari masa transisi musim adalah pola hujan yang umumnya terjadi di sore hingga malam hari, yang diawali dengan kondisi udara yang hangat dan menyengat di pagi hingga siang hari," ujarnya.

"Kondisi ini disebabkan oleh radiasi matahari yang intens pada pagi hingga siang hari, yang memicu proses konveksi atau pengangkatan massa udara dari permukaan bumi ke atmosfer, yang selanjutnya memicu pembentukan awan," jelasnya.***



Halaman:

Editor: Tatos Ridwan A. Fauzi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah