Simak! 6 Etika Silaturrahim

- 8 Mei 2024, 08:00 WIB
Ilustrasi silaturahim
Ilustrasi silaturahim /Pexels/ Matheus Bertelli/

MUDANESIA - Silaturrahim adalah salah satu ajaran pokok Islam. Sebab, makna Islam sebagai agama kasih sayang (rahmatan lil-alamin)—salah satunya—diwujudkan dengan bersilaturrahim. Oleh karena itu, banyak sekali perintah tentangnya, baik dalam Al-Qur’an, Hadis, maupun nasehat-nasehat ulama.

Allah swt. berfirman, “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.143) Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (An-Nisā' [4]:1)

Dari Jubair bin Muth’im, Nabi Saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan persaudaraan.” (Muttafaq ‘Alaih). Nabi saw bersabda, “Barangsiapa senang diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya (diberkahi), maka hendaklah ia bersilaturrahim.” (Muttafaq ‘Alaih)

Baca Juga: Simak! Beberapa Tips Bagi Jemaah Untuk Menjaga Kesehatan Sebelum Berangkat Ke Tanah Suci.

Karena sillaturrahim merupakan ajaran pokok, Islam telah menetapkan etika tertentu tentangnya.

Pertama, dahulukan mengunjungi kerabat dekat, terutama orang tua, dan senantiasa menggembirakan hati mereka. Allah swt. berfirman, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya.” (Q.S. al-Isra’ [17]:26.

Kedua, memberikan sesuatu sekedar oleh-oleh. Dengan cara ini, seseorang tidak saja mendapat pahala bersilaturrahim, tetapi juga pahala sedekah dan membahagiakan orang lain. Nabi bersabda, “Kebaikan yang paling Allah senangi setelah ibadah fardhu adalah memberikan kebahagiaan kepada saudara semuslim.” (H.R. ath-Thabrani).

Ketiga, memberi nasehat/peringatan bagi yang membutuhkannya dan jalan keluar bagi yang sedang menemui kesulitan. Allah swt. berfirman, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Q.S. asy-Syu`ara’ [26]:214. Abu Hurairah menjelaskan bahwa ketika ayat ini turun, Nabi mengumpulkan kerabatnya dan menasehatinya.

Baca Juga: Mulai 12 Mei 2024 Jemaah Calon Haji diberangkatkan ke Tanah Suci, Berikut Rencana Perjalanan Haji

Halaman:

Editor: Tatos Ridwan A. Fauzi

Sumber: Rosihon Anwar, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah