Hidup Bebas dari Utang, Apakah Sesuatu yang Mustahil? Simak Cara Menyelesaikannya

- 26 Februari 2021, 08:35 WIB
Ilustrasi bebas dari jeratan utang
Ilustrasi bebas dari jeratan utang /Shutterstock

MUDANESIA - Banyak orang yang ingin hidup bebas dari utang. Namun, bagi yang sudah terlanjur terjerat utang, apakah keinginan tersebut dapat terwujud?

Cita-cita bebas dari utang bisa digapai selama debitur tersebut memiliki komitmen tinggi dalam melakukan manajemen utangnya.

Tidak selamanya utang selalu dianggap buruk. Pada umumnya, pandangan buruk terhadap utang muncul ketika seseorang tidak mampu membayar utang yang sudah mereka ajukan sebelumnya.

Baca Juga: Karir Musik Ajeng Maulidari, Dari Karinding ke Vokalis Band Metal Gugat: Tak Terpikir Jadi Begini

Adapun beberapa hal yang akhirnya membuat seorang berutang adalah:

- Untuk mengembangkan kegiatan produktif (bisnis, kerja sampingan, dan lain sebagainya)
- Untuk meningkatkan nilai kekayaan (pembelian aset yang nilainya akan naik di masa depan)
- Untuk kebutuhan likuiditas pembayaran
- Untuk kebutuhan darurat

Dua karakteristik utang produktif adalah bisa meningkatkan penghasilan sekaligus nilai kekayaan kita di masa yang akan datang.

Utang untuk modal usaha adalah bentuk utang produktif karena dapat memberikan leverage kepada peminjam dalam meningkatkan operasional bisnis dengan harapan meningkatkan profit dari peluang bisnis yang ada.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 12 Telah Dibuka, Cermati 3 Tips Berikut agar Tidak Gagal saat Registrasi

Sementara itu, kredit pemilikan rumah (KPR) bisa membantu debitur dalam melakukan akumulasi aset. Mengingat harga properti terus mengalami pertumbuhan, maka seiring dengan berjalannya waktu, kekayaan bersih debitur yang bersangkutan akan bertambah.

Ketika seseorang mengalami masalah likuiditas (kekurangan aset lancar) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka berutang tentu akan menjadi solusi. Hal itu sangat mungkin dialami oleh mereka yang bekerja paruh waktu.

Di kala pembayaran dari pihak klien terlambat, maka besar kemungkinan mereka akan mengalami masalah likuiditas. Dalam hal ini, menggunakan kartu kredit terlebih dulu bisa dibenarkan asalkan utang tersebut langsung dilunasi setelah penghasilan diterima.

Baca Juga: Empat Momen yang Pas untuk Nikmati Camilan

Salah satu contoh buruk utang konsumtif adalah utang untuk kebutuhan darurat seperti halnya utang untuk biaya berobat, maupun utang untuk menopang biaya hidup karena kehilangan penghasilan. Biaya berobat tentu bisa ditanggulangi dengan jaminan kesehatan, sementara itu pengeluaran biaya hidup bisa dimitigasi lewat dana darurat.

Utang yang sehat itu bila cicilan utang per bulan maksimal 35 persen dari penghasilan, tapi maksimal jumlah utang 50 persen dari aset.

Cicilan utang yang terlalu banyak jelas bisa mengakibatkan menurunnya kualitas hidup. Jelas saja, kemampuan kita dalam mencukupi kebutuhan hidup per bulan akan terganggu.

Baca Juga: Nikmatnya Makan Sambal Tapi Bikin Sakit Perut, Begini Cara Mengatasinya

Belum lagi, kita akan semakin sulit menyisihkan uang untuk dana darurat, kebutuhan proteksi, hingga investasi jangka panjang.

Lantas untuk debt to asset ratio, nilai wajar dari total utang tertunggak kita adalah maksimal 50 persen dari aset.

Apabila kita kehilangan penghasilan untuk membayar cicilannya, mau tidak mau kita harus melikuidasi aset-aset kita untuk membayar utang. Ketika total utang setara 70 persen dari nilai aset, maka sisa aset yang kita miliki setelah utang-utang tersebut dibayar lunas hanya 30 persen dari total nilai awal.

Baca Juga: PT Telkom Indonesia Buka Lowongan Kerja untuk 6 Posisi Berikut, Pendaftaran Hanya Hingga 5 Maret 2021

Penyusutan nilai aset juga akan menggerus nilai kekayaan bersih Anda.

Bila kita mengalami masalah dalam utang, bagaimana jalan keluarnya? Dilansir dari lifepal.co.id, berikut beberapa solusi yang bisa diambi:

Ketahui portofolio utang

Bukan hanya investasi yang memiliki portofolio, utang pun ada terutama jika seseorang memiliki banyak utang. Portofolio utang menunjukkan daftar utang tertunggak beserta cicilan yang dimiliki saat ini.

Baca Juga: Layanan SIM Keliling Polres Cimahi 26 Februari 2021, Cek Jadwal, Syarat, dan Biaya Perpanjangan

Dengan memiliki portofolio utang, kita bisa mengukur apakah utang yang ada saat ini sudah melebihi batas wajar atau tidak.

Pisahkan utang tersebut menjadi dua kategori, mana yang konsumtif dan produktif. Segera lunasi utang konsumtif Anda bila Anda memiliki dana yang cukup.

Debt settlement/ Penyelesaian utang

Solusi kedua dalam penyelesaian utang bisa dilakukan dengan bernegosiasi dengan pihak kreditur. Debitur pun bisa diberikan keringanan seperti diskon utang, cicilan jangka panjang dan lain sebagainya.

Baca Juga: Hasil Pemeriksaan Rambut Berbeda dengan Tes Urin, Jennifer Jill Sempat Akui Lama Tidak Pakai Narkoba

Namun patut diketahui pula bahwa hal itu hanya disetujui bila kreditur telah melakukan penilaian keuangan terhadap debitur mulai dari cash flow bulanan atau aset.

Debt consolidation/ Konsolidasi utang

Konsolidasi utang adalah menyatukan seluruh utang yang kita miliki menjadi satu bundel. Setelah utang-utang tersebut dikonsolidasikan, akan dihitung berapa cicilan yang dibayarkan oleh debitur setiap bulan yang sudah disesuaikan dengan pemasukannya.

Refinancing/ Pembiayaan kembali

Ketika debitur sudah kesulitan dalam membayar utangnya, maka mereka bisa menjaminkan asetnya untuk mendapatkan dana segar yang nantinya digunakan untuk membayar utang tertunggaknya. Setelah itu, mereka pun harus mengangsur pembayaran cicilan utang ke pihak yang memberikan dana segar dari proses refinancing ini.

Baca Juga: Unggah Informasi Palsu di Media Sosial, Bersiaplah Masuk Pesan ke DM dari Virtual Police

Sekilas, hal ini hampir serupa dengan berutang untuk bayar utang atau yang kita kenal dengan istilah “gali lubang dan tutup lubang.”

Tindakan ini bisa dilakukan ketika tidak ada lagi pilihan lain untuk melunasi tunggakan utang tersebut, dengan catatan seluruh dana yang kita dapat dari proses refinancing memang digunakan untuk membayar lunas utang tersebut.

Itulah hal hal yang harus diketahui bagi setiap debitur yang ingin bebas dari jeratan utang.

Baca Juga: Waspada, Berikut Modus Kejahatan yang Muncul Menjelang Seleksi Rekrutmen CPNS 2021

Ketika seseorang memiliki cicilan utang, maka akan ada pengeluaran pasif yang harus dibayarkan secara berkala. Jagalah kesehatan arus kas (cash flow) dengan baik.

Biasakan untuk membayar utang tepat pada waktunya dan menjaga konsumsi Anda. Menurunkan tingkat gaya hidup untuk sementara waktu adalah hal bijak yang baik dilakukan demi memperlancar pembayaran utang.***

Editor: Raden Bagja

Sumber: Lifepal.co.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah