Diplomasi Informal Dalam Memasarkan Pariwisata Indonesia

- 2 Januari 2024, 21:17 WIB
/

MUDANESIA - Giat Dede Farhan Aulawi di awal tahun 2024, meneguhkan sikap dalam kancah pergaulan internasional untuk menjelaskan sikap dan prinsip sebuah bangsa yang mencintai perdamaian dan menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan. Terlebih dalam menghadapi isu – isu global seperti perubahan iklim yang dianggap sebagai ancaman yang membahayakan keselamatan dan kesejahteraan masa depan umat manusia, termasuk ancaman terhadap stabilitas mata uang.

Secara khusus, putaran pelonggaran kuantitatif non-konvensional global melalui penerbitan mata uang pelengkap koin karbon, yang akan diterbitkan sesuai dengan jumlah karbon yang dimitigasi. Konsep moneter pelonggaran kuantitatif karbon didasarkan pada proposal kebijakan nyata yang disebut Penghargaan Karbon Global , dan makalah akademis yang disebut "Kertas Chen".

Pembahasan masalah strategis ini tidak dibahas dalam pendekatan formal yang dinilai terlalu kaku, seremonial dan terikat protokoler formal. Dede Farhan Aulawi melakukannya melalui Culture Tourism Approach atau saluran Diplomasi Wisata Budaya. Hal tersebut dilakukan saat mendampingi rekan – rekan dari Perancis, Jerman dan Italia saat mengunjungi Kawasan wisata Tanah Toraja, Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Pulau Nirup Jadi Prototipe Destinasi Hijau di Batam

Dalam pendekatan wisata budaya, mereka mengunjungi Pallawa, yaitu sebuah komplek perumahan adat masyarakat Tana Toraja atau disebut Tongkonan. Arsitektur dari bangunan ini sangat khas, dimana bentuk atapnya yang melengkung seperti sebuah perahu. Lalu berkunjung ke Londa, yang merupakan bebatuan curam dan memiliki gua alam yang dijadikan makam.

Kemudian berangkat ke Batutumonga, dimana terdapat sekitar 56 batu menhir dalam satu lingkaran dengan 4 pohon di bagian tengah. Menhir adalah tugu batu warisan zaman megalitikum yang digunakan untuk memuja arwah leluhur.

Selanjutnya mengunjungi Lemo, kuburan yang dibuat di bukit batu. Di bukit ini terdapat sekitar 75 lubang kuburan dan tiap lubangnya merupakan kuburan satu keluarga. Terakhir berkunjung ke Kuburan Bayi Kambira, dimana tempat ini merupakan permakaman bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi. Jenazah bayi yang masih dianggap suci dikuburkan di dalam sebuah lubang yang dibuat di pohon tarra, karena pohon ini memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu.

Beberapa subjek pembahasan strategis yang disampaikan menyangkut pembangunan berkelanjutan, yaitu berbagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Termasuk hilirisasi, digitalisasi, dan green economy.

Hilirisasi dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki dan mengolah lebih lanjut di dalam negeri. Digitalisasi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh semua sektor.

Sementara green economy akan mendatangkan bisnis baru di Indonesia dan juga di dunia, melalui permulaan dalam memulai pasar karbon.

Halaman:

Editor: Tatos Ridwan A. Fauzi

Sumber: Dede Farhan Aulawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah