Ia bergabung dengan Tolonews, jaringan media terbesar di Afganistan. Beberapa tahun, orang tuanya tidak menerima profesi anaknya itu.
"Kalau saya tidak bisa jadi jurnalis, lebih baik saya tidak bekerja dan diam di rumah," kata Anisa kepada ayahnya.
Baca Juga: Ridwan Kamil Sebut Pelaku Pungli di Pasar Induk Caringin yang Viral Diamankan
"Banyak kisah yang tidak terungkap di Afganistan dan kami perlu untuk menyampaikannya," ujarnya, dikutip dari kanal YouTube BBC News.
Pekerjaannya semakin berat dengan adanya diskriminasi. Jurnalis perempuan tidak mudah mendapat kesempatan berbicara dengan penguasa Taliban.
Anisa menyadari profesinya yang paling berbahaya di Afganistan sehingga ia selalu mengambil rute yang berbeda tiap harinya untuk berangkat bekerja.
"Saya juga harus berhati-hati dengan telepon yang masuk," ucapnya.
Yang paling menyakitkan, kata Anisa, ketika melihat anak-anak dan perempuan menderita. Ia juga khawatir kebebasan berbicara akan hilang setelah puluhan tahun.
"Saya ingin melihat adanya kedamaian di Afganistan, yang dimimpikan semua orang di sini," ucapnya.***