Nama Terawan Trending di Twitter, Masuk Bursa Reshuffle Kabinet?

15 April 2021, 12:33 WIB
Terawan Putranto memimpin penelitian Vaksin Nusantara /Instagram/

MUDANESIA - Nama mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjadi trending di Twitter.

Trendingnya nama Terawan bersamaan dengan berhembusnya isu reshuflle menteri kabinet Presiden Joko Widodo.

Benarkah Terawan akan masuk kembali kabinet?

Baca Juga: Senilai Rp219 Juta, Surat Bertanda Tangan Peninggalan Kapal Titanic Dilelang

Jika menelusuri sekitar 3.440 cuitan di jagat Twitter, nama Terawan dikaitkan dengan vaksin nusantara. Disebutkan Terawan yang memimpin tim pembuatan vaksin Nusantara tetap melanjutkan pengembangan dan mendapatkan dukungan dari legislator dan beberapa politikus.

Vaksin Nusantara itu, ternyata belum mendapat persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk melaksanakan uji klinis fase II. Namun, pengembangan vaksin ini tersu berjalan termasuk merekrut relawan.

Sebut saja, Wakil Ketua Komisi Kesehatan, Emanuel Melkiades Laka Lena, mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, hingga Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Abu Rizal Bakrie bersedia memakai vaksin Nusantara.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: 15 April 1912 Catatan Kelam Titanic Kapal Terbesar di Dunia Tenggelam Usai Tabrak Gunung Es

Vaksin Nusantara ini pertama kali dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Amerika Serikat bernama AIVITA Biomedical.

Berbeda dengan vaksin lainnya, penerima Vaksin Nusantara harus diambil dulu darahnya untuk kemudian dicampur dengan antigen virus. Ketika antibodi sudah terbentuk selama dua pekan, barulah disuntikkan kembali ke tubuh.

Perusahaan Indonesia memiliki lisensi untuk mengembangkannya. Pada uji klinis tahap I, 23 Desember 2020 di RSUP Kariadi Semarang, 28 relawan menjalaninya. Tim peneliti mengklain vaksin tersebut aman dan manjur meningkatkan antibodi.

Baca Juga: Penasaran Rupa Ayah, Reza Rahadian Sempat Kepikiran Datangi Kedutaan iran: Susah, Namanya Sangat Pasaran

Sehingga meminta BPOM mengeluarkan persetujuan pelaksanaan uji klinis tahap II. Namun, BPOM enggan menerbitkannya.

Komnas Penilai Obat BPOM menilai metode dendritik yang diterapkan belum dapat dijelaskan sebab reseptor yang berbeda antara pengobatan kanker dan pencegahan infeksi virus.

Dalam inspeksi saat uji klinis tahap I, BPOM mendapati vaksin tidak dibuat dengan steril. Vaksin dibuat secara manual dan open system.

Baca Juga: Istri Tak Pernah Absen Tonton Sinetron Ikatan Cinta Karena Alasan Ini, Surya Saputra: Saya Alasan Terakhir

Antigen yang digunakan untuk pembuatan vaksin tidak dijamin sterilitasnya sebab antigen itu hanya untuk riset di laboratorium.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia, Zubairi Djoerban menuliskan di akun Twitternya kalau ia mempertanyakan uji klinis fase dua dari vaksin Nusantara.

Zubairi menilai adanya keganjilan dalam publikasi vaksin Nusantara. Terlebih sudah ada relawan yang ikut uji klinis.

Baca Juga: Perhatikan, Begini Cara dan Persyaratan Perpanjang SIM Secara Online Melalui Ponsel

"Tanpa bermaksud tendensius, saya ingin pihak Vaksin Nusantara menjelaskan kepada publik, kenapa tetap ingin melaksanakan uji klinis fase dua.

Padahal BPOM belum keluarkan izin untuk itu. Relawannya pun DPR, yang sebenarnya sudah menjalani vaksinasi kan? Ini benar-benar ganjil," katanya pada Rabu, 14 April 2021.

 

Lebih lanjut Zubairi mengaku kalau ia sulit untuk bisa yakin pada vaksin Nusantara karena uji klinisnya belum meyakinkan.

Baca Juga: Pengemis Tua yang Videonya Sempat Viral Karena Dijambret Uang untuk Beli Kain Kafan, Ditemukan Meninggal

"Saya pribadi kesulitan meyakinkan diri atau percaya terhadap Vaksin Nusantara. Pasalnya uji klinis satunya juga belum meyakinkan.

BPOM menyatakan jika potensi imunogenitas vaksin ini untuk meningkatkan antibodi itu belum meyakinkan. Sehingga belum bisa ke fase selanjutnya," ucapnya.

 

Zubairi menekankan yang terpenting itu adanya evidence based medicine (EBM).

"Bagi saya, tidak ada yang lebih penting selain evidence based medicine (EBM). Kalau uji klinis fase dua ini dilakukan tanpa izin BPOM, rasanya kok seperti memaksakan ya," tulisnya.***

Editor: Sofia Khansa

Sumber: Twitter

Tags

Terkini

Terpopuler