Setelah uang terkumpul, maka diboronglah biji karet tersebut.
"Satu, dua hari, kami masih asik main biji karet. Tapi di hari keempat, biji karet belum habis, tangan sudah sakit. Akhirnya diputuskan untuk menjual sisa dari biji karet," ujarnya.
Baca Juga: Hoaks, Vaksin Disebut Mengandung Magnet: Tidak Ada yang Mencantumkan Bahan Berbasis Logam
Strategi berdagang pun tanpa sadar mulai digunakan.
"Kami dagang di sekolah. Satu teman berjualan di pintu yang satu, yang lain di pintu satunya," ucap Erick.
Baca Juga: Mantan Menteri Riset dan Teknologi Menjadi Komisaris Utama PT Telkom Indonesia
Meski tidak habis terjual, tapi Erick dan teman-temannya mendapatkan keuntungan dari penjualan biji karet.
"Untungnya habis dijajanin siomay," ucapnya mengenang mainan favoritnya. ***