Berselimut Agama

- 19 April 2024, 06:00 WIB
Coe Zie, (Pendiri Yayasan Aspirasi Cendekiawan Samben Bangka Belitung)
Coe Zie, (Pendiri Yayasan Aspirasi Cendekiawan Samben Bangka Belitung) /

MUDANESIA - “Demi Masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (Surat Al-‘Asr: 1 – 3)

Agama hadir sebagai tameng diri di dunia untuk bekal menuju kebahagiaan hakiki (baca; kehidupan akherat). Sejatinya mereka yang memiliki pemahaman agama yang baik tentu belum cukup jika tidak dibarengi dengan sikap yang selaras dengan apa yang dipahami.

Sebaliknya, mereka yang memiliki sikap yang baik meskipun tidak begitu memiliki pemahaman yang baik tentang agama atau memahami agama hanya alakadarnya, tentu itu baik untuk dirinya. Lalu, baiknya bagaimana? Maka timbullah tanda tanya besar dibenak kita. Lantas jawabannya adalah mereka yang memiliki pemahaman agama yang mumpuni kemudian selaras dengan sikap keagamaan mereka yang baik tentu inilah cara beragama yang paripurna.

Baca Juga: Tata Cara dan Niat Puasa Syawal

Lantas apa yang dimaksud berselimut agama? Bukannya orang yang memiliki agama itu baik? Pertanyaan ini sengaja penulis layangkan atas dasar keresahan pribadi yang mana harus diperhadapkan dengan mereka yang mengatasnamakan agama namun orientasinya bukanlah Ridho-NYA. Namun, hanyalah kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Sebelumnya penulis sangat mengapresiasi setinggi-tingginya bagi mereka yang memfasilitasi ruang belajar yang bernuansa agama. Ini menandakan bahwa Negara Indonesia yang meskipun bukan negara agama tidak melarang rakyatnya untuk berekspresi selagi tidak melewati rambu-rambu peraturan ke-Indonesiaan.

Agaknya tidaklah berlebihan jika penulis mengangkat keresahan ini, karena teringat dengan pernyataan Ibnu Rusyd yang berkomentar “Jika ingin menguasai orang-orang bodoh ‘dalam tanda kutip’ maka selimutilah suatu kebatilan dengan agama”.

Baca Juga: Mana Yang Tepat?, Taqabbalallahu Minna Waminkum atau Minal Aidzin Walfaidzin, Simak Penjelasannya!

Agama yang mustinya menjadi pedoman hidup, tidak jarang digunakan oleh oknum untuk mencari penghidupan (kakayaan duniawi) dan penghormatan (gila hormat). Mengapa demikian bisa terjadi? Karena beragamanya atas dasar ambisi pribadi dan materi.

Halaman:

Editor: Tatos Ridwan A. Fauzi

Sumber: Coe Zie, (Pendiri Yayasan Aspirasi Cendekiawan Samben Bangka


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x