MUDANESIA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG melalui keterangan persnya pada Senin (18/3/2024) lalu mengumumkan bahwa pada Senin (25/3/2024) akan terjadi sebuah fenomena langka yaitu Gerhana Bulan Penumbra.
BMKG melalui keterangan yang di lansir dari website bmkg.go.id mengatakan bahwa gerhana bulan penumbra akan terjadi pada Senin (25/3/2024) ini adalah anggota ke 64 dari 71 anggota pada seri Saros 113.
Fenomena gerhana bulan penumbra ini hanya bisa di amati oleh masyarakat yang berasa di wilayah bagian timur Indonesia termasuk Papua, Papua Barat, dan sebagian Maluku.
Namun, BMKG juga memprediksi bahwa pada tanggal 5 April 2024, diprediksi akan terjadi gerhana bulan yang akan terkait dengan Gerhana Bulan Penumbra dan dapat diamati dari Indonesia.
Untuk di ketahui, proses Gerhana Bulan Penumbra ini terbagi menjadi tiga fase yaitu
Fase Gerhana Mulai (P1)
Pukul 04.50 UT
Pukul 11.50 WIB
Pukul 12.50 WITA
Pukul 13.50 WIT
Fase Puncak Gerhana
Pukul 07.12 UT
Pukul 14.12 WIB
Pukul 15.12 WITA
Pukul 16.12 WIT
Fase Gerhana Berakhir (P4)
Pukul 09.34 UT
Pukul 16.34 WIB
Pukul 17.34 WITA
Pukul 18.34 WIT
Menurut sumber resmi BMKG, Gerhana Bulan adalah peristiwa terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan. Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya. Gerhana Bulan Penumbra terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal ini membuat Bulan hanya masuk ke bayangan penumbra Bumi. Akibatnya, saat puncak gerhana terjadi, Bulan akan terlihat lebih redup dari saat purnama. Adapun Gerhana Matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak semua cahayanya sampai ke Bumi dan selalu terjadi pada saat fase bulan baru.
Fenomena gerhana bulan terbagi dalam tiga jenis yaitu,
Gerhana bulan total
Gerhana bulan sebagian
Gerhana bulan penumbra.
Terkait fenomena Gerhana Bulan Penumbra ini, menurut peneliti dari Pusat Riset Antariksa BRIN Rhorom Priyatikanto terjadi ketika piringan purnama memasuki bayangan penumbra bumi dan bayangan penumbra terbentuk saat hanya sebagian cahaya Matahari terhalang oleh Bumi.
"Peristiwa ini merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan. Fenomena ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya. Penyebabnya adalah posisi Bulan, Bumi, dan Matahari yang hampir segaris. Namun, ketiganya tidak cukup segaris untuk menghasilkan Gerhana Bulan total," Jelas Rhorom Priyatikanto.
Sementara itu, BMKG juga menyampaikan bahwa dalam tahun 2024 ini akan terjadi 4 kali gerhana, yang terdiri dari 2 kali gerhana bulan dan 2 kali gerhana matahari.
Pertama yaitu terjadinya fenomena Gerhana Bulan Penumbra pada tanggal 25 Maret 2024 yang dapat diamati dari Indonesia
Lalu kedua akan terjadi fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) pada tanggal 8 April 2024 namun sayangnya tidak dapat diamati dari Indonesia
Kemudian pada tanggal 18 September 2024 nanti juga di prediksi akan terjadi Gerhana Bulan Sebagian (GBS) dan kembali tidak dapat diamati dari Indonesia.
Lalu terakhir pada 2 Oktober 2024 juga diprediksi akan terjadi fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC) 2 Oktober 2024 yang juga tidak dapat diamati dari Indonesia.***