Memerdekakan Diri Dari Belenggu Duniawi

- 22 Maret 2024, 14:00 WIB
Memerdekakan Diri Dari Belenggu Duniawi
Memerdekakan Diri Dari Belenggu Duniawi /Rozi (Coe Zie), Dosen Agama Islam Universitas Bangka Belitung/

MUDANESIA - Bicara tentang dunia, saya teringat dengan perkataan seorang ulama sufi yang bernama Imam Hasan Al-Bashri. Beliau menyatakan bahwa di dunia ini hanya ada tiga hari, yaitu: hari kemarin, hari esok, dan hari ini. Hari kemarin, ia telah sirna dengan semua yang menyertainya. Sedangkan hari esok, kemungkinan kita tidak bisa menemuinya. Kemudian hari ini adalah hari yang kita miliki, sehingga lakukanlah hal-hal yang baik.

Jika Hasan Al-Bashri beranggapan dunia ini hanya ada tiga hari, maka berbeda halnya dengan Sayidina Ali yang menyatakan bahwa kehidupan di dunia ini hanya ada dua hari. Satu hari memihak kepadamu dan hari yang lainnya bisa jadi melawanmu.

Sebab itu, pada saat ia berpihak kepadamu maka janganlah gegabah, bangga, sombong, dan lupa diri. Sebaliknya, pada saatnya hari itu melawanmu maka bersabarlah. Karena keduanya adalah ujian bagimu.

Hidup di dunia ini hanyalah singkat. Namun syahwat kitalah yang merasa dan menganggap di dunia ini kita seakan kekal selamanya. Padahal nyatanya tidak demikian. Ada saatnya nanti kita harus menghadap yang Maha Pencipta.

Apakah itu dengan kebahagiaan atau malah kesedihan? Semua itu tergantung seberapa banyak kita menuai kebaikan ataukah menuai keburukan di dunia.

Meskipun demikian tidak dapat dimungkiri bahwa terkadang kita dibuat lupa dengan hasrat diri yang ingin menjadi ini dan itu. Sehingga, tak jarang apa pun akan dilakukan demi memenuhi hasrat itu, sekalipun harus melukai yang lain.

Bagi mereka yang gila kehormatan, kekuasaan, dan jabatan, dipenuhi dengan hasrat kenistaan. Sedangkan mereka yang diamanahkan kekuasaan dan jabatan tidak sedikit pun menjadikan mereka gila akan kehormatan. Karena mereka sadar bahwa amanah adalah titipan dari Tuhan.

Oleh karenanya, kita sebagai manusia yang diberikan akal pikiran mustinya harus sadar bahwa kita harus bisa mengontrol hasrat dalam diri. Jika hasrat kebaikan lebih mendominasi diri, maka tentunya itulah yang terbaik.

Namun, perlu diingat bahwa ketika hasrat yang buruk lebih dominan dalam diri maka barang tentu akan berdampak buruk bagi diri. Maka jangan salahkan dunia jika tidak sesuai dengan kehendak kita. Namun kitalah yang harus menyesuaikan atau memantaskan diri ketika diberikan kesempatan hidup di dunia ini dengan selalu beramal baik sebagai pengabdian kita kepada-Nya.

Sejatinya kita hidup di dunia ini adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan. Bagaimana tidak? Dengan hidup kita diberikan izin untuk menjadi wakilnya dalam menebarkan kebaikan di dunia.

Tentu harus disadari bahwa hidup di dunia ini hanyalah singkat. Maka jangan tertipu, terlebih lagi harus terbelenggu dengan hasrat ingin memiliki duniawi. Karena dunia ini hanyalah mainan dan candaan.

Sebagaimana dalam Surah Muhammad ayat 36: Allah SWT berfirman yang artinya “Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau.

Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu, dan Dia tidak akan meminta hartamu”. Di ayat yang lain tepatnya Q.S. Al-An’am ayat 32, Allah SWT menegaskan bahwa, “Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mengerti?”.

Dari pernyataan Allah SWT tersebut tentunya kita harus bisa memerdekakan diri dari belenggu duniawi. Sehingga untuk menghadapi dunia, kita mustinya berhati-hati. Setidaknya ada tiga perkara yang dapat memerdekakan diri dari belenggu duniawi, yaitu:

Pertama, jika kita senantiasa waspada dan berpikir sehat tentunya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dunia ini sejatinya musuh Allah. Sehingga jangan pernah merasa kita memilikinya.

Kedua, jika seseorang memiliki kesungguhan diri salam menghambakan diri kepada-Nya dan memiliki tujuan mulia, hendaklah disadari bahwa hasrat memiliki dunia dapat menghalangi kita untuk beribadah kepada-Nya.

Ketiga, tentu jelaslah bagi kita bahwa dunia akan kita tinggalkan atau dunialah yang akan meninggalkan kita. Meskipun kita hidup didunia diberikan kekuasaan dan kekayaan, maka ingatlah itu semua akan sirna.

Akhirnya, seorang bijak mengatakan dalam syairnya, “Seandainya dunia ini kau peroleh dengan sangat mudah, bukankah akhirnya kau akan mati meninggalkannya? Sebab itu, apa yang kau harapkan dari kehidupan yang tidak kekal, yang sebentar lagi akan dihabiskan oleh siang dan malam? Duniamu ibarat bayangan yang menaungimu, kemudian dengan cepat ia berlalu”.
Sadarilah bahwa kita yang diberikan akal pikiran yang sehat tentu janganlah terpedaya oleh gemerlapnya dunia.

Akan tetapi taklukkanlah, sebab Islam tidak pernah melarang kita untuk mencarinya. Cari dan taklukkanlah dunia untuk selalu menghambakan diri kepada-Nya. “Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan kamu hidup selamanya. Beribadahlah untuk akhiratmu, seakan-akan kamu akan mati besok”.***

Editor: Alif Niyu Ramdhan Rusyadi

Sumber: Rozi (Coe Zie) Dosen Agama Islam Universitas Bangka Belitung


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah