Alternatif Wisata di Lembang, Sudut Cerita di Sudut Pandang Hadirkan Wisata Edukasi Multimedia

- 19 Desember 2020, 11:04 WIB
Wisata edukasi Sudut Cerita, yang berada di tempat wisata Sudut Pandang, di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Wisata edukasi Sudut Cerita, yang berada di tempat wisata Sudut Pandang, di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. /Mudanesia/Pradana M

MUDANESIA - Destinasi wisata di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), tak melulu bernuansa alam maupun artifisial yang selalu menjadi sasaran wisatawan terutama dari luar daerah. 
 
Kali ini, ada alternatif destinasi wisata yang menyuguhkan wisata sekaligus edukasi bagi pengunjungnya, dengan fasilitasi ruang wahana multimedia interaktif bernama Sudut Cerita.
 
Sudut Cerita sendiri merupakan salah satu wahana di Sudut Pandang, yang berada di Kawasan Wisata Punclut, Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
 
 
Di Sudut Cerita, pengunjung bakal diperlihatkan hubungan manusia dengan alam. Proyeksi kerusakan lingkungan yang dilakukan manusia diimplementasikan dalam instalasi seni di Sudut Cerita oleh beberapa seniman lokal Bandung.
 
Jeff Manzani (26), Manajer Operasional Sudut Pandang mengatakan di Sudut Cerita telah hadir sejak bulan Agustus lalu. Meskipun segmentasi pengunjung menyasar generasi milenial, namun tak jarang banyak orang dewasa yang datang.
 
"Ini spot baru di Sudut Pandang, jadi kita menyediakan Sudut Cerita sebagai alternatif wisata. Wahana multimedia interaktif ini bukan sejak Agustus," ungkap Jeff saat ditemui di Sudut Cerita, Sabtu 19 Desember 2020.
 
 
Di Sudut Cerita, pengunjung bakal disuguhi tujuh ruangan sebagai satu kesatuan merepresentasikan segala bentuk kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh manusia sebagai penghuninya.
 
Ruangan pertama menghadirkan sensor gerak yang merefleksikan diri manusia. Secara sadar manusia melakukan tindakan yang efeknya merusak lingkungan alam dan sekitarnya ditandai dengan pohon yg diikat dengan rantai.
 
Di ruangan ke dua dan ke tiga merupakan satu kesatuan dengan ekosistem yang lebih spesifik yaitu air. Pengunjung bisa melihat instalasi seni multimedia dengan bentuk menyerupai tumpahan minyak di air yang memunculkan warna pelangi pada permukaannya.
 
 
Di ruangan ke empat ada ekosistem darat. Begitu memasuki ruangan bisa terasa suasana gersang dan panas menyengat. Ruangan berwarna orange dihiasi batang pohon yang kering. Ruangan tersebut membahas cuaca ekstrem, pemanasan global, kekeringan, dan tandus.
 
Di ruangan ke lima, pengunjung bisa melihat ikan, ubur-ubur, dan hewan laut lainnya yang dikemas dalam media gambar bergerak terproyeksi pada dinding ruangan berwarna hitam. 
 
Di ruangan ke enam mulai menyingung ekosistem langit yang tak luput dari pencemaran lingkungan. Memasuki ruangan itu, pengunjung akan melihat ruangan penuh cermin, instalasi seni dengan bentuk tak lazim, dan langit-langit berwarna putih sebagai analogi awan dengan lampu sebagai bintangnya.
 
 
Di ruangan terakhir, ada satu bentuk instalasi rumah dan tembok putih yang jadi kesimpulan dari perjalanan pengunjung ke setiap ruangan. Tembok putih memantulkan bayangan hitam sebagai sisi lain setiap orang.
 
"Manusia akhirnya bisa berkaca atas apa yang mereka lakukan. Apakah nanti ada efek, 'Oh iya memperbaiki kesalahan mereka seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak menggunakan plastik lagi, atau tidak ada dampak apa-apa'. Itu semua subjektif dan dikembalikan ke masing-masing pengunjung," tuturnya.***

Editor: Setiono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x