Anda Stres atau Depresi? Coba Ukur dengan Aplikasi Karya Dosen Farmasi Unpad

21 November 2020, 19:00 WIB
Irma Melyani Puspitasari Kreator Aplikasi De-Stres /MUDANESIA/Humas Unpad/

MUDANESIA - Mahasiswa merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah gangguan mental. Tidak hanya mengganggu prestasi akademik, masalah ini juga berakibat pada penurunan kondisi fisik dan mental. Bahkan tidak jarang berujung pada bunuh diri.

Akan tetapi, mendeteksi tingkat stres hingga gangguan jiwa tidak mudah. Diperlukan alat dengan teknologi yang mumpuni untuk mengukurnya.

Hal itu yang menggerakkan hati dosen Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Irma Melyani Puspitasari, M.T., PhD, dan tim mengembangkan aplikasi untuk mengukur tingkat stres dan deteksi dini gangguan jiwa. Aplikasi berbasis Android ini bisa digunakan mahasiswa ataupun masyarakat luas untuk mendeteksi tingkat stres secara efektif dan mudah.

Bersama dua dosen lainnya, Rano K. Sinuraya, M.K.M., Apt., (Fakultas Farmasi) dan Witriani, M.Psi., Psikolog, (Fakultas Psikologi), Irma mengembangkan aplikasi yang diberi nama “De-Stres”. Aplikasi ini bisa diunduh secara gratis melalui platform Google Store di Android.

Baca Juga: Bila Gagal Tegakkan Protokol Kesehatan, Wali Kota Cimahi Siap Copot Jabatan

Irma menjelaskan, aplikasi “De-Stres” berfungsi untuk memonitor tingkat stres seseorang secara berkala. Dengan demikian, pengguna bisa mengetahui apakah dirinya berada pada kondisi stres atau tidak secara berkala. Ini bertujuan untuk mencegah stres yang berkepanjangan.

“Kalau stres berkepanjangan akan dapat menimbulkan depresi,” kata Irma.

Sejak 2019, Irma dan tim mengembangkan aplikasi ini. Secara teknis, aplikasi ini berisi kuesioner yang dapat diisi oleh pengguna. Ada dua modul kuesioner yang tersedia. Satu modul untuk mengukur tingkat stres, sedangkan satu modul lagi untuk mengukur tingkat depresi.

Pengguna cukup memerlukan waktu sekira 5-10 menit untuk menjawab kuesioner yang diadaptasi dan divalidasi dari instrumen Perceived Stress Scale-10 (PSS-10) untuk modul tingkat stres, serta instrumen Beck Depression Inventory-II untuk modul tingkat depresi.

Baca Juga: Main Games Baik untuk Kesehatan Mental, Alasannya Diungkapkan Profesor dari Oxford University

Hasil dari kuesioner tersebut akan menentukan apakah pengguna berada pada kategori stres ringan, sedang, atau berat. Aplikasi akan memberikan hasil kuesioner menggunakan jarum yang menunjuk pada warna tertentu, yaitu dimulai dari hijau hingga merah.

Bila jarum menunjuk ke warna cenderung merah, maka pengguna dikategorikan mengalami stres cukup berat.

Jika hasil menunjukkan kadar stres besar, aplikasi akan memberikan saran bagi pengguna untuk mengatasi permasalahan mental tersebut. Saran tersebut dimulai dari dorongan kepada pengguna untuk menceritakan permasalahannya kepada orang yang dipercaya hingga menyarankan untuk mendatangi profesional psikolog atau psikiater (dokter spesialis kesehatan jiwa).

Baca Juga: Berbagai Isu Beredar Terkait PDAM Tirtawening Hanya Isapan Jempol Belaka

Dosen yang mengajar mata kuliah Farmakoterapi Gangguan Syaraf dan Psikiatri ini mengatakan, kenyataan di lapangan, banyak mahasiswa ataupun masyarakat yang tidak terdeteksi memiliki gangguan kesehatan mental. Hal ini yang menyebabkan banyak kasus bunuh diri diakibatkan stres yang berujung pada depresi.

Karena itu, alat ukur untuk mendeteksi kondisi stres dirancang dengan menggunakan model aplikasi pada telepon seluler. Diharapkan, alat ukur berbasis aplikasi di ponsel ini lebih mudah dan efektif digunakan untuk pengguna.

“Karena secara berkala, nanti di aplikasi akan ada history-nya. Idealnya bisa digunakan sebulan sekali,” kata Irma.

Karena mudah digunakan, aplikasi “De-Stres” telah banyak digunakan oleh ribuan pengguna. Irma juga menerapkan aplikasi ini ke dalam mata kuliah yang diampunya. “Aplikasi ini diharapkan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” kata Irma.***

Editor: Raden Bagja

Tags

Terkini

Terpopuler