Berhentilah Mengukur Kebahagiaan Berdasarkan Standar Orang Lain

- 29 April 2024, 20:30 WIB
Berhentilah Mengukur Kebahagiaan Berdasarkan Standar Orang Lain
Berhentilah Mengukur Kebahagiaan Berdasarkan Standar Orang Lain /Istimewa/

MUDANESIA - Dalam sebuah acara seminar edukasi kepada masyarakat di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu, Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengundang dokter spesialis jiwa dari RSUD Tarakan Jakarta, dr Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ dan dokter spesialis jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit Jakarta, dr Yenny Sinambela, SpKJ (K) untuk memberikan materi edukasi tersebut yang bertajuk "Bahagia Tanpa Syarat".

Didalam seminar tersebut dokter spesialis kesehatan jiwa menganjurkan kepada masyarakat untuk menghentikan kebiasaan mengukur kebahagiaan berdasarkan standar orang lain.

Dokter spesialis kesehatan jiwa tersebut sepakat bahwa faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari munculnya tekanan dalam diri seseorang untuk bisa mencapai sesuatu yang itu ia dapatkan dari standar ukur kebahagiaan orang lain.

"Misalnya usia segini mestinya sudah menikah, usia sekian mestinya sudah bekerja. Kemudian kalau sudah menikah, mestinya sudah hamil, begitu. Jadi banyak sekali standar-standar sosial yang menjadi pressure atau tekanan, itu akan menghambat orang menjadi bahagia," Ujar dr Zulvia yang akrab disapa dr Vivi

Adapun pandangan dari dr Yenny menimpali, dirinya menyatakan bahwa ukuran kebahagiaan orang lain tentu berbeda. Karena pada diri manusia memiliki keunikannya sendiri-sendiri yang bisa dipandang sebagai kelebihan maupun kekurangan.

"Permasalahan muncul ketika kita menghadapi hal-hal yang di luar ekspektasi tertentu. Untuk merasa bahagia, seseorang mesti belajar untuk menerima kalau dirinya unik sehingga bisa melihat sisi positifnya, tidak terpaku pada sisi negatifnya saja," Ujar dr Yenny.

Di era kemajuan teknologi saat ini, sangaah mudah untuk memberikan ekspektasi-ekspektasi tertentu sebagai standar kebahagiaan, sehingga banyak sekali penghambat-penghambat yang membuat seseorang merasa tidak bahagia.

Seperti contoh kebiasaan flexing atau aktivitas pamer barang mewah atau hidup mewah di media sosial. Hal ini memberikan dampak terhadap ukuran kebahagiaan menjadi berdasarkan materi. Padahal tidak selalu seperti itu.

Penyelenggaraan seminar ini yg diselenggarakan oleh Dinkes DKI Jakarta dapat menjadi salah satu sarana edukasi untuk masyarakat agae peduli terhadap kebahagiaannya sendiri, untuk terwujudnya kesehatan mental di Jakarta membaik.

Halaman:

Editor: Alif Niyu Ramdhan Rusyadi

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah