BMKG Beri Penjelasan Gempa Bumi di Malang Bukan Gempa Bumi Megathrust

11 April 2021, 06:00 WIB
Pascagempa Malang, Jatim, data BNPB mencatat total warga meninggal dunia berjumlah 6 warga dan 1 lain mengalami luka berat. /Twitter.com/@bpbdkabmalang

MUDANESIA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di beberapa wilayah Jawa Timur untuk mewaspadai potensi tanah longsor dan banjir bandang. 

Terutama  jika terjadi hujan intensitas sedang hingga lebat pascagempa tektonik berkekuatan 6,1 pada Sabtu, 10 April 2021 pukul 14.00 WIB. 

BMKG Jawa Timur hari ini juga telah mengeluarkan peringatan dini untuk tanggal 11 April 2021 berupa  hujan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai petir dan angin kencang.

Baca Juga: Suami dan Anaknya Ditahan KPK, Istri Bupati Bandung Barat Kunci Akun Instagram, Ini Unggahan Terakhirnya

"Mohon waspadai potensi longsor dan banjir bandang jika terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat setelah terjadi gempa," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada konferensi pers secar virtual, Sabtu, 10 April 2021.

Hujan tersebut dikhawatirkan dapat memicu longsor pada lereng-lereng rawan dan rapuh akibat gempabumi. Yang dikhawatirkan dapat memicu banjir bandang. 

Potensi banjir bandang dapat terjadi di wilayah-wilayah berikut antara lain Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Mojokerto,  Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Batu, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung. 

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Episode 232: Papa Surya Mengkhianati Andin dan Bersekongkol Menutupi Aib Pembunuh Roy

Masyarakat dihimbau untuk menghindari lereng dan berada di lembah sungai apabila terjadi hujan. 

Sebelumnya, BMKG mencatat gempa tektonik magnitudo 6,7 yang kemudian diperbarui menjadi magnitudo 6,1 terjadi di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa dengan episenter pada koordinat 8,83 LS dan 112,5 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 96 km arah Selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada kedalaman 80 km. 

Gempa tersebut merupakan jenis gempabumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault). 

Baca Juga: Sedihnya, Aa Umbara dan Anaknya Habiskan Awal Puasa Tanpa Keluarga Lainnya

Dampak gempabumi, guncangan dirasakan di daerah Turen V MMI yakni getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, Karangkates, Malang, Blitar IV MMI.

Guncangan juga dirasakan di Kediri, Trenggalek, Jombang III-IV MMI, Nganjuk, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Yogyakarta, Lombok Barat, Mataram, Kuta, Jimbaran, Denpasar III MMI. Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu.

Serta di Mojokerto, Klaten, Lombok Utara, Sumbawa, Tabanan, Klungkung, Banjarnegara pada skala II MMI. Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung, bergoyang.

Baca Juga: Kenakan Rompi Oranye, Aa Umbara dan Anaknya Ditahan KPK

Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. 

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami. 

Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly mengatakan, dengan kekuatan gempa yang cukup besar dan dampak guncangan dirasakan hingga V MMI diperkirakan dapat menimbulkan kerusakan. 

Baca Juga: Terima Kompensasi Miliaran, Warga Klaten Mundur Tolak Bantuan Sosial

"Yang paling penting masyarakat tetap tenang dan mendapatkan informasi yang tepat, hindari bangunan yang retak dan tebing-tebing yang rawan longsor," kata Muhamad Sadly. 

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setyo Prayitno menambahkan, berdasarkan hasil monitoring BMKG tercatat tiga kali gempabumi susulan dengan kekuatan magnitudo dibawah 4,0. 

Menurut Bambang, dampak kerusakan yang terjadi akibat gempa tersebut tergantung pada kualitas bangunan dan sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi setempat. 

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini: Aldebaran Ragukan Andin, Riki Kejar Janji Upah dari Elsa

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan, gempa di selatan Malang tersebut bukan termasuk Gempa Megathrust, tetapi Gempa Menengah di Zona Beniof. 

Karena deformasi atau patahan batuan yang terjadi berada pada slab lempeng Indo-Australia yang menunjam dan tersubduksi menukik ke bawah Lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang.

"Mekanisme sumber sesar naik ini sebenarnya sensitif terhadap potensi tsunami. Namun, patut disyukuri bahwa gempa ini berada di kedalaman menengah dan dengan magnitudo 6,1. Sehingga, tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut dan gempa ini tidak berpotensi tsunami," ujar Daryono. 

Baca Juga: Disdik Jawa Barat Izinkan 2.800 SMA dan SMK Gelar Pembelajaran Tatap Muka Juli 2021

Zona gempa selatan Malang merupakan kawasan aktif gempa dan sering terjadi gempa dirasakan. 

Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa Gempa Selatan Malang ini berdekatan pusat gempa merusak Jawa Timur yang terjadi pada masa lalu, pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963, dan 1972. 

Terkait kejadian gempa tersebut, BMKG menghimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. 

Baca Juga: Ditinggalkan Sejak Usia 6 Bulan, Reza Rahadian Hanya Tahu Rupa Ayah dari Gambaran Ibundanya

Masayarakat juga harus memeriksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun  tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yg membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali kedalam rumah.***

Editor: Raden Bagja

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler