Berdasarkan tingkat kerusakannya, bangunan ditempatkan pada lokasi yang miring dari datar sampai rata daerah terjal. Misalnya Dago bagian utara Kecamatan memiliki sejumlah bangunan yang rusak karena kemiringannya paling curam, dan dengan demikian paling parah bangunan rusak bertebaran disana. Sebaliknya, bangunan tanpa kerusakan tersebar di daerah lereng paling lembut.
Baca Juga: BNPB: Korban Jiwa Gempa Magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat Jadi 56 Orang
Lokasi spasial masing-masing bangunan rusak sebagian atau seluruhnya digunakan untuk mengekstrak jumlah korban. Tingkat keparahan korban di setiap tingkat kerusakan berbeda-beda.
Karena bangunan bertingkat rendah tidak terpengaruh oleh guncangan tanah dalam skenario ini, maka probabilitas tingkat keparahan korban hanya berasal dari struktur Masonry Tanpa Penguatan
bangunan.
Setiap probabilitas dikalikan dengan total populasi. Lalu, jumlah totalnya dari masing-masing tingkat keparahan pada keseluruhan tingkat kerusakan bangunan dijumlahkan untuk mendapatkan jumlah gempa.
Dari 1.935 korban akibat gempa berkekuatan magnitudo 7 tersebut, sekitar 81,6% menderita luka ringan, disusul luka dirawat di rumah sakit (tingkat keparahan 2; 18%). Jumlah korban diperkirakan dianggap tinggi.***