Punya Hipertensi? Inilah Beberapa Terapi yang bisa Membantu Kamu!

- 11 Januari 2024, 22:18 WIB
Sphygmomanometer (Alat Pengukur Tekanan Darah)
Sphygmomanometer (Alat Pengukur Tekanan Darah) /Annisa Nur Arsyah/

MUDANEASIA - Hipertensi seringkali dijuluki sebagai silent killer, hal ini dikarenakan kebanyakan orang yang menderita hipertensi ini tidak menyadari bahwa dirinya terkena hipertensi, dan baru diketahui ketika sudah terjadi komplikasi seperti gangguan jantung dan stroke.

Mengutip dari WHO (World Health Organization) Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistole ≥ 140 MmHg dan tekanan darah diastole ≥ 90 MmHg. Di Indonesia prevalensi hipertensi terus meningkat setiap tahunnya sehingga hipertensi menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkolosis, yakni mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.

Kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 jiwa, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 jiwa . Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45- 54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

Ada beberapa faktor yang tidak bisa diubah oleh penderita hipertensi diantaranya umur, jenis kelamin, dan Riwayat Kesehatan keluarga. Namun ada beberapa faktor seperti merokok, penggunaan garam berlebihan, penggunaan jelantah, minum-minuman beralkohol, penggunaan estrogen dan kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor yang masih bisa dimodifikasi sebagai upaya pencegahan komplikasi pada penyakit hipertensi.

Pada penderita hipertensi ada beberapa cara untuk mengontrol tekanan darah yaitu dapat dilakukan dengan cara farmakologis maupun non-farmakologis. Upaya farmakologis meliputi konsumsi obat-obatan untuk menstabilkan tekanan darah, tetapi ada beberapa efek samping dari mengonsumsi obat itu seperti sakit kepala, pusing, lemas, dan mual.

Selain itu ada terapi non farmakologi disebut juga sebagai terapi komplementer yaitu penerapan upaya kesehatan tradisional ilmu biomedis dan biokultural dan terbukti secara ilmiah. Berikut adalah Terapi pengobatan non-farmakologis untuk menurunkan tekanan dengan menggunakan bahan yang ada di rumah pada penderita Hipertensi :

1. Terapi Musik Klasik

Terapi musik klasik adalah musik yang memiliki tempo sekitar 60 ketukan/menit yang dapat memberikan efek relaksasi. Rangsangan musik ini mengaktivasi jalur-jalur spesifik di dalam berbagai area otak, seperti sistem limbik yang berhubungan dengan perilaku emosional. Sistem limbik teraktivasi dan individu menjadi rileks saat mendengarkan musik. Keadaan rileks inilah yang akan menurunkan tekanan darah. Alunan musik juga menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul yang disebut nitric oxide (NO).

Terapi Musik klasik ini dapat diimplementasikan dengan cara pemberian terapi relaksasi musik klasik yang dilakukan selama 30 menit pada setiap pasien membuat pasien merasa nyaman dengan terapi tersebut, yang mana pada terapi relaksasi musik klasik ini diupayakan agar pasien menjadi rileks, menstimulasi persepsi kenyamanan pada tubuhnya yang mana hal ini akan menstimulasi pelepasan zat endorfin yang dapat mengurangi rasa nyeri di kepala, mengaktivasi kerja hormon parasimpatis sehingga merilekskan kerja pompa jantung dan tekanan darah menjadi turun.

Halaman:

Editor: Alif Niyu Ramdhan Rusyadi

Sumber: Mudanesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah