MUDANESIA - Kekhawatiran terhadap aktivitas Sesar Lembang kembali mengemuka. Sesar Lembang yang begitu pulas dalam masa istirahatnya selama lebih dari 5 abad itu memang perlu kita waspadai.
Sesar Lembang adalah sebuah patahan geser aktif yang memanjang dari Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat hingga Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang memiliki jarak sekitar 29 Km. Sesar Lembang ini kemudian bertemu dengan patahan yang lain di Padalarang yaitu Sesar Cimandiri.
Seperti diketahui, berdasarkan hasil penelitian bahwa pergerakan sesar Lembang dipicu oleh dorongan lempeng Indo Australia dari selatan yang tertahan oleh lempeng Eurasia dari utara.
Sebuah gempa dangkal dengan kekuatan 3,3 skala richter tercatat pernah terjadi pada tanggal 28 Agustus 2011 yang merusak 384 rumah warga Kampung Muril Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
Dari hasil penelitian, di ketahui bahwa Sesar Lembang memiliki karakteristik yang berbeda yaitu pada pergeseran bagian timur itu bergeser tegak atau vertikal sehingga membuat daerah di sebelah utara sesar turun sekitar 460 m dari bagian di sebelah selatannya. Lalu semakin ke barat, pergeseran tegak semakin berkurang hingga hanya sekitar 40 m.
Kemudian perbedaan karakter lainnya yaitu di bagian barat, pergeseran gerak yaitu mendatar ke kiri. Bukannya bergeser secara vertikal seperti di segmen timur.
Pada tahun 2006, beberapa peneliti dari ITB, LIPI (Sekarang BRIN) dan beberapa institusi lain. Melakukan riset dengan melalui dua metode yaitu pengamatan melalui GPS (Sistem Pemosisi Global) dan penggalian tanah.
Penelitian yang berlangsung hingga tahun 2011 menyimpulkan bahwa Sesar Lembang ini merupakan sesar aktif dan penelitian pun terus dilanjutkan hingga kini.
Dari hasil penelitian melalui metode penggalian di daerah Batu Lonceng dan Panyairan Kecamatan Cimenyan Kab Bandung. Diperkirakan, pada masa lalu telah terjadi dua kali gempa bumi besar. Hal tersebut berdasarkan penelitian lapisan kontur tanah.