Berkunjung ke Singapura dan Mengorek Sejarahnya, Setengah Jam dari Padalarang

19 November 2020, 08:57 WIB
Masjid Jami Al Hidayah yang berada di Kampung Singapura, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. /Mudanesia/Setiono

MUDANESIA - Singapura merupakan negara kecil yang terbilang maju di kawasan Asia Tenggara. Tidak sedikit orang Indonesia yang mendatangi negara itu untuk kepentingan bisnis, berobat, belanja, atau wisata.

Ternyata, Singapura pun menjadi nama suatu kampung di Indonesia, tepatnya di Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Daerah ini bisa dikunjungi dalam waktu setengah jam dengan berkendara motor dari Padalarang.

Kebalikan dengan di negara tetangga, orang-orang Singapura di desa ini mayoritas bekerja sebagai petani. Sektor pertanian memang mendominasi mata pencaharian penduduk di Kampung Singapura.

Baca Juga: Mau Berkreasi dengan Kain Perca? Simak nih, 5 tips tekniknya

Di balik nama yang sama dengan negara Singapura, ada banyak cerita menarik yang dialami warga di Kampung Singapura. Di antaranya dialami oleh Daseng Hidayat, sesepuh yang pernah menjadi Kepala Desa Sumurbandung pada tahun 1990-an.

Sebelum Kabupaten Bandung Barat menjadi daerah otonom yang terpisah dari Kabupaten Bandung, dia sering pergi bertugas ke ibu kota Kabupaten Bandung di Soreang.

"Wah, ada orang Singapura. Pasti ke sini naik pesawat terbang," kata Daseng, menceritakan gurauan orang lain yang dialamatkan kepadanya. 

Baca Juga: Kampung Gajah, 'Rumah Hantu' yang Tinggalkan Kenangan akan Deburan Ombak di Alam Sejuk

Menurut Daseng, candaan seperti itu sudah jadi cerita lumrah di kalangan warga Kampung Singapura. Kini, kampung ini meliputi tiga RW di Desa Sumurbandung, yang dihuni oleh sekitar 240 keluarga.

Kondisi geografis Kampung Singapura berupa lembah dan bukit, yang masih banyak dijumpai lahan pertanian. Sebagai sesepuh sekaligus tokoh masyarakat, Daseng mengaku tak tahu pasti mengenai asal-usul nama Kampung Singapura.

"Saya pernah bertanya kepada nenek saya, dikatakan bahwa dari zaman kakek buyut saya hidup daerah ini juga sudah dinamakan Kampung Singapura," katanya.

Baca Juga: Tingkatkan Kepercayaan Diri dengan Minyak Kemiri untuk Mencegah Kebotakan Rambut

"Tidak tahu awalnya bagaimana, tapi kayaknya nama Kampung Singapura ini tidak ada hubungannya dengan negara Singapura," kata pria kelahiran 1941 itu.

Menurut dia, nama Kampung Singapura bahkan lebih dulu dikenal luas dibandingkan dengan nama Desa Sumurbandung. Desa Sumurbandung mulai terbentuk pada 4 April 1984.

"Ketika Sumurbandung dimekarkan dari Desa Nyalindung, Singapura sudah ada duluan. Sejarahnya itu di sini ada sumur, yang menurut dongeng merupakan salah satu dari tujuh Sumur Bandung," terangnya.

Baca Juga: Ikatan Cinta Raih Rating Tertinggi, Arya Saloka Ungkap Sempat Ogah Main Sinetron

Selain terdapat sumur, di Kampung Singapura juga ada sebuah bangunan yang dikeramatkan bernama Keramat Singapura. Di tempat itu, setiap tanggal 14 Maulud selalu diadakan upacara nyuguhan.

Sesaji berupa nasi bungkus berisi telur didoakan sebagai penolak bala. Rutial tersebut, dulu, selalu diikuti juga oleh orang-orang dari luar Desa Sumurbandung.

"Sampai sekarang juga upacara itu masih ada, tapi hanya sedikit orang yang mengikutinya. Tempatnya sendiri sekarang agak terbengkalai, cuma tinggal berupa saung," katanya.

Baca Juga: Yuk Merapat! SIM Keliling Hari ini ada di Pusat Kota Cimahi, Cek Syaratnya di Sini

"Ada yang bilang, tempat itu pernah jadi petilasan Prabu Siliwangi. Namun, saya tidak tahu secara pasti," kata Daseng.

Ketika menjabat sebagai kepala desa, dia mengaku sempat berkeinginan untuk membangun Keramat Singapura agar dapat dilestarikan sebagai situs budaya.

Pemilik lahan sudah membolehkan, tetapi pohon-pohon kihiang yang tinggi-tinggi di sekitar Keramat Singapura harus ditebangi. Pernah ada cerita, dua pohon di antaranya ditebangi warga untuk dijadikan suluh.

Baca Juga: Berbagai Isu Beredar Terkait PDAM Tirtawening Hanya Isapan Jempol Belaka

"Ternyata mobil untuk mengangkut pohon itu malah mundur terperosok. Mobil itu mundur sendiri tanpa ada sopirnya, padahal sudah direm tangan," tuturnya.

Alhasil, rencana pembangunan situs budaya Keramat Singapura itu pun urung terlaksana. Warga dibayangi ketakutan mistis jika tetap melakukan pembangunan.

Kepala Desa Sumurbandung yang pertama, Entis Sutisna berpendapat, bahwa Keramat Singapura pernah menjadi tempat singgah Prabu Siliwangi saat berkelana. Orang yang memiliki ilmu kanuraga ini dikisahkan dapat melihat harimau di tempat tersebut.

Baca Juga: Demi Ayah, Violin Asal Malaysia Rela Jual Biola Mahal Hadiah Kompetisi di Sosial Media

"Kalau diadakan upacara nyuguhan tanggal 14 Maulud itu, orang yang punya ilmu bisa melihat harimau ikut merebutkan suguhan. Dalam tradisi Mauludan itu kan telornya didoakan, lalu direbutkan masyarakat," katanya.

"Nah, harimau itu ikut merebutkan telor, tapi ada yang melihat dan ada yang tidak," kata Kepala Desa Sumurbandung periode 1984-1994 itu.

Selain di Keramat Singapura, menurut dia, di sekitar Kampung Singapura juga terdapat bukit yang dinamakan Gawir Lembang.

"Di sekitar Gawir Lembang itu ada lobang. Di lobang itu, orang-orang tertentu bisa melihat harimau yang keluar masuk lobang," ucapnya.***

Editor: Setiono

Tags

Terkini

Terpopuler